Sempat Hancur-Hancuran, Rupiah Ditutup Menguat Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sikap wait and see pelaku investor menunggu rilis data ekonomi AS.

Read More

Dilansir dari Refinitiv, rupiah menguat 0,10% terhadap dolar AS ke level Rp 15.165/US$1. Penguatan hari ini mematahkan tren pelemahan pada tiga hari beruntun sebelumnya yang berlangsung sejak 1 Agustus 2023.

Kendati menguat pada hari ini, rupiah tetap melemah 0,5% sepekan. Dengan demikian, mata uang Garuda sudah terpuruk selama tiga pekan beruntun.



Pergerakan rupiah hari ini tidak cukup signifikan di tengah sikap wait and see pasar menunggu data pengangguran AS, Jumat nanti malam.

Kamis (3/8/2023) Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah pekerja Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran sedikit meningkat pada pekan lalu.

Data klaim pengangguran untuk periode pekan yang berakhir 30 Juli mencapai 227.000, naik sebesar 6.000 dari pekan sebelumnya yang sebesar 221.000 klaim.

Beralih ke benua biru, Bank Sentral Inggris (BoE) mengumumkan bahwa suku bunga mengalami kenaikan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25% pada Agustus 2023. Hal ini tidak terlalu memberikan kejutan terhadap pasar sebab kenaikan ini sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.

BoE juga memberikan peringatan baru bahwa biaya pinjaman akan tetap tinggi dalam waktu yang cukup lama. Hal ini berbeda dengan Bank Sentral AS (The Fed) ataupun Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB), yang keduanya juga baru saja meningkatkan suku bunga 25 bps.

Komite Kebijakan Moneter BoE tidak memberikan petunjuk bahwa kenaikan suku bunga akan segera berakhir. BoE masih terus berjuang menghadapi inflasi yang tinggi.

Menguatnya rupiah juga dampak dari menurunnya kekhawatiran investor. Kekhawatiran sempat meningkat setelah Fitch Ratings menurunkan peringkat surat utang AS dari AAA menjadi AA+. Hal ini meningkatkan volatilitas dan ketidakpastian global.

Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan optimis jika ketidakpastian ini hanya sementara sebab secara fundamental ekonomi Indonesia masih sangat kuat sehingga menarik bagi investor.

Indikator ekonomi RI sangat baik sehingga bisa menjadi ‘senjata’ kuat untuk melawan gejolak eksternal. Di antaranya adalah inflasi yang terus melandai, pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, dan outlook defisit APBN 2023 yang lebih rendah yakni 2,28% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

‘Senjata’ ini diharapkan bisa kembali menarik investor saat kepanikan mereka reda. Alhasil, inflow akan datang kembali ke tanah air yang membuat rupiah bergairah lagi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Rupiah Menguat ke Rp 14.750/USD, Efek Investor “Buang” Dolar?

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts