Sempat Muram, Sinyal Suku Bunga Bawa Emas Merangkak Naik

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas dunia terpantau mulai redup akhir-akhir ini. Namun, secara bulanan harga emas masih mengalami kenaikan 0,8% dari harga US$ 1.973,69 pada 28 Maret lalu imbas ‘gonjang-ganjing’ Silicon Valley Bank (SVB).

Read More

Dalam sebulan, emas sempat menyentuh level tertingginya pada perdagangan Kamis (13/4/2023) di mana sang logam mulia berada di posisi US$ 2.039,74. Jika dibandingkan harga tertinggi, kini emas sudah kian menjauhi level US$ 2.000 alias melemah 2,45%.

Pada perdagangan Jumat (28/4/2023) harga emas dunia berakhir menguat tipis 0,09% ke posisi US$ 1.989,65 per troy ons. Kenaikan emas dipicu oleh penurunan imbal hasil dan kekhawatiran baru atas gejolak perbankan AS.



Federal Reserve mengeluarkan penilaian yang mendetail dan tajam atas kegagalannya untuk mengidentifikasi masalah dan mendorong perbaikan di Silicon Valley Bank sebelum pemberi pinjaman itu ambruk, mereka menjanjikan pengawasan yang lebih ketat dan aturan yang lebih mendetail.

“Laporan The Fed memuncak sekitar waktu yang sama dengan penurunan imbal hasil Treasury 10-tahun, mengubah emas menjadi positif, tetapi semuanya bergantung pada apa yang akan dikatakan (Ketua Fed Jerome) Powell minggu depan”, kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures yang dikutip CNBC International.

Imbal hasil patokan turun setelah data menunjukkan laju inflasi keseluruhan melambat pada bulan Maret dan belanja konsumen stabil.

Data yang dirilis Jumat pagi menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi naik 0,3% pada Maret, sejalan dengan ekspektasi ekonom. Indeks adalah pengukur utama inflasi untuk Federal Reserve, yang memiliki pertemuan kebijakan yang dijadwalkan minggu depan.

Namun data tersebut juga menunjukkan bahwa tekanan harga yang mendasarinya tetap kuat, mendorong para pedagang untuk menambah taruhan untuk kenaikan suku bunga minggu depan.

Sebagaimana diketahui emas akhir-akhir ini mulai loyo, melemahnya sang logam mulia dipicu oleh indeks dolar AS yang mulai merangkak naik. Meskipun tipis, Indeks dolar ditutup pada posisi 101,50 kemarin, dari 101,47 pada hari sebelumnya.

Pemicunya, kini pelaku pasar semakin meyakini bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada pekan depan. Kemungkinan tersebut kini mengarah87%.

The Fed akan mengumumkan kebijakan pada pekan depan. Apalagi, data-data terbaru menunjukkan inflasi AS masih saja kencang.

Sebagaimana diketahui, jelang akhir pekan Departemen Perdagangan AS melaporkan ekonomi AS tumbuh melandai 1,1% (year on year/yoy) pada kuartal I-2023, lebih rendah dibandingkan estimasi yakni 2%.

Pertumbuhan pada Januari-Maret 2023 juga jauh lebih rendah dibandingkan pada kuartal IV-2022 yang tercatat 2,6%. Kendati melandai, ekonomi AS tetap tumbuh dalam tiga kuartal secara berturut-turut. Sementara itu, Konsumsi juga masih sangat kencang. Konsumsi rumah tangga tumbuh 3,7% (yoy) pada kuartal I-2023, jauh lebih tinggi dibandingkan 1% pada kuartal IV-2022.

Masih panasnya pasar tenaga kerja AS menjadi salah satu alasan mengapa konsumsi masih tetap tinggi di tengah lonjakan inflasi.

Sebagai catatan, inflasi AS memang melanda menjadi 5% (yoy) pada Maret 2023 tetap angkanya masih jauh di atas target The Fed di kisaran 2%.

Dari sisi data pengangguran, Departemen Tenaga Kerja AS, hari ini, juga melaporkan jika klaim pengangguran turun 16.000 menjadi 230.000 pada pekan yang berakhir pada 22 April.
Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan 246. 000 pada pekan sebelumnya.

Klaim pengangguran juga jauh lebih kecil dibandingkan ekspektasi pasar yang berada di angka 249.000. Lebih sedikitnya klaim pengangguran semakin menegaskan jika pasar tenaga kerja AS masih panas sehingga ada kemungkinan inflasi sulit turun secara signifikan.

Emas juga tertekan oleh survei S&P Global yang menunjukkan aktivitas bisnis AS melaju ke level tertinggi 11 bulan pada bulan April, yang bertentangan dengan tanda-tanda yang berkembang bahwa suku bunga yang lebih tinggi menurunkan permintaan.

Pasar sekarang melihat peluang 89% dari kenaikan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan Fed 2-3 Mei. Kenaikan suku bunga meningkatkan biaya peluang memegang emas tanpa bunga.

Jika para pelaku pasar menilai bahwa inflasi masih panas maka ini akan menjadi kabar buruk bagi emas. Emas menjadi kurang menarik.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Harga Emas ‘Ogah-ogahan’ Naik, Kapan Bisa Ngegas Lagi?

(aum/aum)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts