Sengatan Global Kencang, Simak Ramalan OJK Tahun Depan

Jakarta, CNBC Indonesia – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan sektor jasa keuangan di Indonesia akan bergerak positif pada 2024. Sejumlah sektor akan menjadi penopang.

Read More

Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara mengatakan faktor pendorong bagi sektor jasa keuangan tahun depan adalah sikap The Fed yang akan melunak. Suku bunga bank sentral AS akan mulai melandai dan memengaruhi pasar keuangan Tanah Air. 

“Suku bunga AS kan di 2024 akan turun, jadi kalau sudah turun, global economy recovery dan Indonesia semoga lebih baik dari sekarang,” ujar Mirza di acara Power Lunch CNBC Indonesia, Selasa, (7/11/2023).

Lantas, sektor apa yang diprediksi bertumbuh seiring dengan perkembangan tersebut?

Mirza mengatakan, sektor pertambangan dan transportasi bisa menjadi katalisnya. Diketahui, sektor pertambangan telah tumbuh sekitar 23%, lalu sektor transportasi terkerek 20%.

“Ini tertolong karena kan sekarang aktvitas terkait transportasi itu sudah kembali. Termasuk juga ekonomi yang tergantung pada pariwisata termasuk Bali, itu kelihatan ada perbaikan. Lalu, ada perbaikan kredit bermasalah di perbankan, yang tadinya cukup tinggi,” tutur Mirza.

Lebih lanjut, Mirza mengingatkan, Indonesia masih bergantung dengan perekonomian global. Tapi bukan berarti jika globalnya melemah, Indonesia pasti akan melemah.

Diketahui, hingga kini, perekonomian AS masih ditekan sentimen suku bunga, sementara Eropa sedang mengalami stagnansi dan perekonomian Tiongkok juga melambat.

Akibatnya, Indonesia mengalami penurunan pertmbuhan Pendapatan Domestik Burto (PDB) Indonesia di kuartal 3 menjadi 4,94%, atau tidak berhasil mencapai penguatan 5% yang telah terjadi 8 kuartal berturut-turut.

Sebagai informasi, OJK terus melakukan stress test bagi lembaga keuangan termasuk perbankan, merespons tekanan dari ekonomi global.

Ketua Dewan Komisioner Mahendra Siregar mengatakan terdapat sejumlah parameter yang digunakan dalam uji tekanan ini, di antaranya dampak pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan inflasi, lonjakan suku bunga, hingga perubahan harga komoditas.

Dari hasil stress test tersebut, OJK melihat bahwa portofolio perbankan tidak terlalu terpengaruh pada dampak ekonomi makro global tersebut.

“Dilihat dari kacamata perubahan nilai tukar, portofolio perbankan secara umum relatif tidak terpengaruh. Karena posisi devisa netonya tetap stabili di 1,76%, hanya naik sedikit dari 1,72% dari tahun sebelumnya,” kata dia.

Kendati demikian, OJK meminta agar lembaga jasa keuangan dapat lebih mencermati risiko pasar serta senantiasa menjaga kecukupan modal sebagai penyangga risiko dengan mengantisipasi potensi kerentanan yang mungkin terjadi, serta memastikan ketersediaan likuiditas yang memadai.

OJK telah meminta perbankan untuk memperkuat pencadangan (CKPN) seiring dengan potensi risiko selama periode suku bunga yang relatif tinggi.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Mirza Adityaswara Beberkan Jurus OJK Kawal Industri Keuangan

(mkh/mkh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts