Siap-siap Investor! 2 Raksasa Ekonomi Bakal Rilis Inflasi

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,2% atau ke 6.888,52 pada akhir perdagangan pekan ini, Jumat (8/10/2023). Secara keseluruhan, IHSG ambruk 0,9% dalam sepekan. Pelemahan ini melanjutkan tren negatif bursa saham Indonesia yang juga melemah pada pekan sebelumnya.

Read More

IHSG ditutup menguat dua kali dan melemah tiga kali sepanjang pekan ini. IHSG juga tak kuasa mengakhiri perdagangan, bahkan di bawah level 6.900. Ambruknya IHSG tak bisa dilepaskan dari ketidakpastian ekonomi global terutama Amerika Serikat (AS) yang kesulitan mengendalikan harga, namun memiliki target menekan inflasi hingga 2%.

Tentu saja, pelaku pasar akan menantikan data inflasi AS dan China yang akan dirilis pekan ini sebagai acuan laju pertumbuhan ekonomi global. Semakin terkendalinya inflasi berpotensi sebagai tanda perekonomian melambat, tetapi dapat menjadi sentimen positif untuk pasar dengan suku bunga yang akan lebih dovish.

Sentimen dalam negeri datang dari data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode September 2023 yang akan diumumkan pada Senin (9/10/2023). Diketahui berdasarkan laporan Bank Indonesia/BI, keyakinan konsumsi masyarakat Indonesia berada di 125,2 poin pada Agustus 2023 lebih tinggi dibanding Juli yang berada di 123,5. IKK dalam negeri pada Agustus 2023 berada di bawah perkiraan Trading Economics, yang memprediksi berada di 127,5.

Selain itu terdapat pula sentimen global yang dapat mempengaruhi laju pasar saham Indonesia.

Inflasi Amerika Serikat (AS) periode September 2023 akan diumumkan hari Rabu. Diketahui, AS mencatatkan inflasi periode Agustus 2023 naik menjadi 3,7% dibandingkan periode Juli di angka 3,2% secara tahunan (yoy). Kenaikan harga di AS lebih tinggi dibanding perkiraan konsensus sebesar 3,6% yang dikutip dari Trading Economics.

Pada Jumat (6/10/2023) Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan cadangan devisa Indonesia periode September 2023. Diketahui posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2023 tetap tinggi sebesar US$137,1 miliar, meski sedikit menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2023 sebesar US$137,7 miliar.

Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Tiga sentimen dalam negeri ini akan mempengaruhi laju gerak IHSG dan juga rupiah.

Seperti biasanya, rilis data inflasi AS akan diiringi dengan China yang mengumumkan pada Kamis (12/10). China mencatatkan inflasi periode Agustus 2023 sebesar 0,1% (yoy) dibandingkan periode Juli yang mengalami deflasi 0,3%. Kenaikan harga di China lebih terkendali dibanding perkiraan konsensus sebesar 0,2%.

Pada pekan depan Tiongkok juga akan mengumumkan neraca perdagangan periode September 2023.

Diketahui neraca dagang China mengalami penurunan surplus pada Agustus 2023 menjadi US$ 68,2 miliar, di bawah perkiraan konsensus sebesar US$ 70,6 miliar. Penurunan neraca dagang China tentunya berdampak signifikan terhadap perekonomian global, sebab China merupakan salah satu pusat perdagangan dunia.

Selain itu, akan ada banyak pidato dari The Fed, yang dapat menjadi indikasi kemungkinan keputusan kebijakan suku bunga The Fed ke depan.

Pada pekan depan, para pelaku pasar akan mendapatkan informasi terkini mengenai pasar tenaga kerja, dimulai dengan data klaim pengangguran yang rilis pada hari Kamis.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Gegara Ini IHSG Dibuka Hijau Tapi Ditutup Ambles 0,66%

(mza/mza)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts