Sidang Sengketa Pilpres Dimulai, Rupiah Rawan Koreksi


Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah terpantau mulai menguat kemarin, Selasa (26/3/3024). Namun, risiko terkoreksi masih potensi terjadi lantaran sidang sengketa Pilpres di MK mulai, ada repatriasi dividen, hingga ketidakpastian eksternal.

Read More

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,06% di angka Rp15.785/US$. Posisi ini mematahkan tren pelemahan dua hari beruntun sejak 22 Maret 2024.


Penguatan rupiah ditengarai terjadi akibat dolar AS yang cenderung melemah pada kemarin. Kendati rupiah tercatat mengalami penguatan, namun capital outflow masih tak terbendung dari pasar keuangan domestik.

Head of Equity Research Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro mengatakan sebagian besar pelemahan rupiah disebabkan oleh aliran uang keluar dari obligasi.

“Sebagian besar kelemahan mungkin berasal dari aliran keuangan, dengan pasar obligasi mencatatkan net-sell sebesar Rp8.2 triliun pada 18-21 Maret, dibandingkan dengan net buy sebesar Rp1.7 triliun di pasar ekuitas” ungkap Satria kepada CNBC Indonesia.

“Untuk saat ini, BI kemungkinan akan meningkatkan intervensi valuta asing.” papar Satria.

Sejalan dengan Satria, Ekonom Samuel Sekuritas, Fithra Faisal mengungkapkan bahwa BI selaku bank sentral perlu untuk melakukan intervensi jangka pendek agar mata uang Garuda tidak mengalami depresiasi yang signifikan.

Selain itu, dari domestik ada Mahkamah Konstitusi (MK) yang akan menggelar sidang perdana sengketa atau perselisihan hasil pemilu (PHPU) 2024 hari ini, Rabu (27/3/2024).

Hal tersebut dituangkan dalam Peraturan MK Nomor 1 Tahun 2024 tentang Tahapan, Kegiatan, dan Jadwal PHPU 2024. Beleid itu diteken Ketua MK Suhartoyo tertanggal 18 Maret 2023.

“Pemeriksaan pendahuluan, memeriksa kelengkapan, dan kejelasan materi permohonan serta memeriksa dan mengesahkan alat bukti pemohon,” bunyi beleid tersebut.

Sidang perdana sengketa PilpresĀ di MK potensi memberikan tekanan bagi pasar lantaran tensi politik dalam negeri kembali meningkat.

Di lain sisi, faktor ketidakpastian global tetap masih memberikan tekanan bagi mata uang Garuda.

Dari global, pernyataan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang cenderung mengarah ke dovish dinilai pasar masih belum cukup jelas. Uncertainty masih ada di tengah inflasi AS yang cukup panas dan pasar tenaga kerja yang ketat.

Selain itu, geopolitik yang datang dari Eropa timur masih relatif bergejolak. Terkhusus serangan dari aksi terorisme terhadap Rusia memicu sentimen negatif bagi global.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah masih dalam tren pelemahan kendati kemarin sempat ada menguat tipis. Dalam jangka pendek, potensi melemah ke resistance Rp15.800/US$ sebagai level psikologis masih rawan terjadi.

Jika posisi tersebut di tembus ke atas, maka resistance selanjutnya yang potensi diuji di level Rp15.840/US$. Angka ini didapatkan dari high candle intraday pada 26 Januari 2024 lalu.

Sementara, untuk support sebagai potensi penguatan jika ada pembalikan arah bisa dicermati pada angka Rp15.755/US$ yang diambil berdasarkan garis rata-rata selama 50 jam atau Moving Average 50/MA 50.




Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


The Fed Masih Hawkish, Akankah Rupiah Tahan Banting Hari Ini?

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts