Situasi Geopolitik Kembali Mencekam, Minyak Dunia Mulai Memanas


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak kompak bergerak lebih rendah pada awal perdagangan pagi hari ini, setelah menunjukkan tanda rebound pada perdagangan kemarin seiring memburuknya situasi geopolitik.

Pada pembukaan perdagangan hari ini Selasa (6/2/2024), harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,03% di posisi US$72,76 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka lebih rendah atau turun 0,05% di posisi US$77,95.


Pada perdagangan Senin (5/2/2024), harga minyak mentah WTI ditutup menguat 0,69% di posisi US$72,78 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent terapresiasi 0,85% ke posisi US$77,99 per barel.

Harga minyak naik sekitar satu dolar per barel pada perdagangan Senin di tengah kekhawatiran bahwa ketegangan di Timur Tengah dan invasi Rusia ke Ukraina dapat membatasi pasokan global.

Para pelaku pasar telah memantau dengan cermat situasi di Timur Tengah, di mana kemajuan dalam perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas tampaknya sulit dicapai, yang mengindikasikan ketegangan di wilayah penghasil minyak tersebut akan terus berlanjut.

Amerika Serikat (AS) juga melanjutkan kampanyenya melawan Houthi di Yaman, dalam serangannya terhadap kapal pengapalan telah mengganggu jalur perdagangan minyak global.

Di Rusia, dua pesawat tak berawak Ukraina menyerang kilang minyak terbesar di selatan negara itu pada hari Sabtu, menurut seorang sumber di Kyiv kepada Reuters, yang terbaru dalam serangkaian serangan jangka panjang terhadap fasilitas minyak Rusia, yang telah mengurangi ekspor nafta Rusia, sebuah bahan baku petrokimia.

“Serangan terhadap pasokan minyak Rusia mulai berdampak buruk,” ujar John Kilduff, mitra Again Capital LLC yang berbasis di New York.

Kenaikan pada hari Senin terjadi setelah harga minyak merosot 7% pada minggu sebelumnya di tengah kekhawatiran lemahnya aktivitas ekonomi di China dan memudarnya harapan penurunan suku bunga di AS dalam waktu dekat.

“Ada banyak hal yang dapat diabaikan oleh pasar sebelum Anda harus mengatakan bahwa kami tidak memperhitungkan risiko geopolitik secara akurat,” tambah Kilduff.

Hal lain yang membatasi kenaikan minyak, data pada hari Senin menunjukkan pertumbuhan sektor jasa AS meningkat pada bulan Januari, semakin mengurangi harapan penurunan suku bunga dan mendorong dolar AS ke level tertinggi dalam hampir tiga bulan terhadap mata uang utama lainnya.

Diketahui, S&P Global Flash US Composite PMI yang mengukur aktivitas di sektor manufaktur dan jasa, naik menjadi 52,3 pada periode Januari 2024 dari 50,9 pada Desember 2023.

Penguatan greenback menurunkan permintaan minyak dalam mata uang dolar dari investor yang memegang mata uang lainnya.

Meningkatnya pasokan minyak juga menjaga harga minyak tetap terkendali. Stok minyak mentah AS kemungkinan meningkat minggu lalu, menurut para analis.

“Kenaikan harga pada hari Senin, yang mengikuti penurunan harga pada minggu lalu, tidak seperti lonjakan harga yang didorong oleh risiko di masa lalu,” ujar Gaurav Sharma, seorang analis energi independen yang berbasis di London, kepada Reuters.

“Peningkatan pasokan non-OPEC, terutama minyak mentah ringan AS, sebagian besar menjaga pasar minyak tetap jujur,” tambah Sharma.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Ulah China, Harga Minyak Jatuh ke Level Terendah 6 Bulan

(saw/saw)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts