Soal Pelita Pindah ke Citilink, Wamen BUMN Bocorin Skemanya

Jakarta, CNBC Indonesia – Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo kembali memberikan kabar terbaru mengenai rencana penyatuan maskapai Pelita Air dan anak usaha Garuda Group, dalam hal ini Citilink.

Read More

Menurutnya, izin terbang atau lisensi Pelita Air akan pindah ke Citilink. Artinya, yang disatukan hanya pesawatnya saja.

“Jadi gini, Pelita itu nanti license dan pesawatnya yang akan kita pindahkan ke Citilink, jadi sifatnya itu pemindahan pesawat dan license-nya,” ujarnya saat ditemui di gedung DPR RI Jakarta, Rabu (20/9).

Sementara, perusahaan masing-masing maskapai akan tetap terpisah. “PT-nya mungkin akan tetap terpisah. jadi nanti di bawah Garuda ada Garuda, ada Citilink dan Pelita,” pungkasnya.

Sebagai informasi, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan segera menggabungkan dua maskapai pelat merah yaitu PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) atau Garuda Group dengan Pelita Indonesia agar transportasi udara RI menjadi lebih efisien.

Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan, target rencana aksi korporasi tersebut akan dilaksanakan secepatnya atau diupayakan tahun ini.

“Akhir tahun selesai merger dengan pelita. Tergantung sama masing-masing pembukuan dong. Kan nanti Garuda tetap di premium, Citilink sama Pelita merger tapi kita liat pembukuannya seperti apa perlu proses lah kalau tahun ini ya tahun ini,” ujarnya saat ditemui di gedung DPR RI Jakarta, Kamis (31/8).

Erick menjelaskan, nantinya tetap ada dua maskapai dengan target yang berbeda. Artinya Garuda tetap melayani full service carrier sementara Citilink dan Pelita akan menyasar maskapai berbiaya rendah (Low Cost Carrier/LCC).

Erick menyebut, saat ini Indonesia mengejar target kebutuhan jumlah pesawat sebanyak 720 armada. Bahkan, meskipun Garuda Grup dan Pelita Indonesia disatukan juga belum cukup memenuhi kebutuhan pesawat.

“Kita bicara tadi kan total pesawat di Amerika 7.200 anggap kita 10%nya 720. Hari ini 550 artinya kalau menggabungkan pelita dan citilink plus garuda aja 140 an. Dulu garuda 170, jadi masih kurang. kita harus sinergilah dan kita gamungkin punya dua maskapai penerbangan di bawah BUMN buat apa,” jelasnya.

Jika armada pesawat di Indonesia bertambah banyak maka tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada penurunan harga tiket pesawat. Nantinya harga tiket bisa lebih murah.

“Kembali gabsa cepat. kalau jumlah pesawatnya nambah kompetisinya terbuka, tiketnya menurun. Hari ini terjadi kita hanya bisa kontrol 35%, 65% swasta,” sebutnya.

Erick menambahkan, untuk mencapai armada 170 pesawat paling lambat dapat terwujud pada tahun 2026 mendatang. Sementara, proses merger Garuda dan Pelita saat ini baru mencapai 30%.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Erick Thohir Blakblakan Alasan Merger Garuda-Pelita-Citilink

(rob/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts