Sosok 2 Raja Ritel Pakaian di Indonesia, Bangun Dinasti dari Nol


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Salah satu ‘raja’ ritel pakaian di Indonesia adalah Matahari. Jaringan department store itu sejak awal dibangun oleh Hari Darmawan.

Perkembangannya moncer sekitar 1960-an dan 1970-an. Kala itu, Matahari mampu menawarkan pakaian yang terjangkau bagi kebanyakan masyarakat Indonesia.

Matahari tentu saja punya saingan dalam perkembangannya. Raja ‘ritel’ lain adalah Ramayana yang dikembangkan Paulus Tumewu.

“Matahari mulai mendapat ancaman serius setelah Paulus Tumewu mengikuti jejaknya-membesarkan sebuah toko di daerah jalan Sabang, Jakarta Pusat- menjadi lebih modern; Ramayana Department Store,” tulis Ma’ruf dalam 50 Great Business Ideas From Indonesia (2010:259).

Paulus Tumewu dan Hari Darmawan sama-sama memulainya dari toko pakaian biasa.

Paulus Tumewu, yang belajar bisnis dari toko kelontong orangtuanya di Makassar, hijrah ke Jakarta setelah menikah dengan Tan Lee Chuan, adik Eddy Tansil.

Tahun 1978 adalah tahun permulaan bagi Ramayana Department Store, yang belakangan dikenal sebagai ritel pakaian untuk segmen menengah ke bawah. Usia Paulus Tumewu kala itu masih 26 tahun.

Gatra (07/03/2007) menyebut tokonya mulanya bernama Ramayana Fashion Store. Ketika masih toko biasa, Paulus berkongsi dengan Agus Makmur. Keduanya lalu membangun PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk.

Bisnis keduanya lalu melebar di tahun 1985 dengan mendirikan toko Ramayana di Bandung. Selain menjual pakaian, mereka juga tas, sepatu, dan aksesori. Dalam waktu empat tahun, Ramayana sudah punya 13 store. Jumlah karyawannya di tahun 1989 itu sudah mencapai 2.500 orang.

PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sejak tahun 1996 melantai Bursa Efek Jakarta dengan kode RALS. Jumlah gerainya pun bertambah dan tersebar di 40 kota penting di Indonesia. Jumlah karyawannya terus bertambah. Di tahun 2005, Ramayana dilanda penurunan pemasukan.

Berdasar laporan keuangan 2005, keuntungan bersih Ramayana sebesar Rp 302 milyar dengan omset penjualan Rp 4,3 trilyun sementara pada tahun sebelumnya untung bersih Rp 311 milyar.

Munculnya International Trade Centre (ITC) dianggap ikut menjadi biang kerok penurunan itu.

Meski begitu, Paulus Tumewu malah masuk dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes. Pada Juli 2006, Paulus Tumewu menempati peringkat ke-15 dengan kekayaan yang kala itu US$ 440 juta atau sekitar Rp 3,96 trilyun (kurs Rp 9.000 per US$).

Nama Paulus Tumewu sempat ramai setelah tersandung masalah pajak. Sri Bintang Pamungkas dalam Ganti rezim ganti sistim pergulatan menguasai Nusantara (2014:191) menyebut pernah ada penghapusan kewajiban pajak kepada PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk di kala Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan di era SBY.

Hingga hari ini gerai Ramayana masih hidup. Meski banyak saingan di bisnis ritel pakaian, Paulus dan Ramayana sukses mengalahkan Matahari dan Hari Darmawan dengan menguasai masyarakat kelas menengah ke bawah.

[Gambas:Video CNBC]

(fab/fab)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts