Sudah Dibantu China dan Argentina, Harga CPO Tetap Ambruk 5%

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) terus ambruk. Harga CPO di Bursa Malaysia Exchange melandai di sesi awal perdagangan Senin (09/01/2023). Pelemahan harga ini terjadi di tengah banyaknya sentimen positif yang seharusnya bisa mendongkrak harga.

Read More

Berdasarkan data Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan turun 0,29% ke MYR 4.040/ton pada pukul 09:50 WIB. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 23 Desember 2022 atau dua pekan terakhir terakhir.

Pelemahan ini memperpanjang tren negatif harga CPO menjadi empat hari beruntun. Dalam empat hari tersebut, harga CPO sudah ambruk 5%. Dalam sepekan, harga CPO melandai 5% sementara dalam sebulan masih naik 1,1%. Dalam setahun, harga CPO juga jeblok 19,7%.



Analis pasar Reuters Wang Tao memperkirakan harga CPO seharusnya sudah bergerak berbalik arah dari tren sebelumnya yang melemah.

“Jika harga CPO terus jatuh ke bawah MYR 3.997 per ton maka harganya bisa terus ambruk ke kisaran MYR 3.817-3.907 per ton. Namun,jika harga CPO mampu menembus MYR 4.109 per ton maka harganya bisa terus menanjak ke MYR 4.209 per ton,” tutur Wang Tao, kepada Reuters.

Sejumlah sentimen positif sebenarnya menopang pergerakan CPO. Di antaranya adalah dibukanya kembali perbatasan internasional China serta kebijakan biofuel di sejumlah negara.

Pembukaan perbatasan China diharapkan mampu meningkatkan permintaan CPO, terutama CPO Indonesia. Tiongkok adalah pasar CPO terbesar kedua bagi Indonesia setelah India.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor CPO ke China mencapai 3 juta ton dengan nilai US$ 3,32 miliar pada Januari-Oktober 2022. Nilai ekspor CPO tersebut anjlok 19,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Harga CPO juga diharapkan ikut menguat sejalan dengan rencana kebijakan terkait minyak nabati di sejumlah negara serta persoalan pasokan di Argentina.

US Department of Agriculture (USDA) memperkirakan produksi kedelai Argentina bisa mencapai 49,50 juta ton pada 2022-2023. Namun, banyak yang menganggap proyeksi tersebut terlalu optimis karena ada dampak La Nina yang menyebabkan keterlambatan musim tanam. 

Harga minyak kedelai naik 1,1% sepekan pada hari ini menjadi US4 15 per bushel.

Argentina adalah produsen terbesar kedelai di dunia sehingga gangguan cuaca di negara tersebut akan sangat mempengaruhi pasokan global.

Sementara itu, permintaan minyak kedelai domestik di Brasil juga diperkirakan meningkat tajam karena kewajiban biofuel sebesar 15% mulai April 2023, naik dari 10% pada periode sebelumnya. Jika permintaan domestik naik maka pasokan global dikhawatirkan berkurang sehingga harganya merangkak naik.

Harga minyak nabati dunia juga diharapkan menguat karena kebijakan dalam negeri Indonesia.

Seperti diketahui, pemerintah akan membatasi ekspor CPO melalui skema domestic market obligation atau DMO.  Pengetatan tersebut dilakukan dengan menurunkan rasio volume ekspor dari volume domestic market obligation (DMO) yang dijalankan para perusahaan.

Indonesia juga akan meningkatkan porsi biofuel menjadi B35 dari B20 pada Februari mendatang.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Harga Sawit Sepekan Naik 12% Didorong Harga Minyak Mentah

(mae/mae)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts