Suku Bunga Acuan AS Berpotensi Naik Bulan Depan

Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia menyebut masih ada kemungkinan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga pada akhir tahun 2023. BI menyebut probabilitas kenaikan itu sekitar 40%.

Read More

“Sekarang itu kami masih melihat probabilitas fed fund rate-nya di Desember sekitar 40%,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Gedung BI, Jakarta, Jumat (3/11/2023).

Meski demikian, Perry menyoroti pernyataan bos The Fed Jerome Powell ketika mengumumkan hasil rapat Federal Open Market Committee pada November. Dia mengatakan Powell menyebut bahwa meskipun kebijakan The Fed masih cenderung hawkish, namun naiknya yield US Treasury telah membantu dalam pengendalian inflasi di AS.

“Itu harus kita lihat, ke depan ini probabilitasnya apakah FFR masih akan naik di Desember, tapi kalaupun naik, that’s the last increase, karena pengendalian permintaan agregat sekarang tidak hanya dari sisi moneter, tapi juga kenaikan yield US Treasury,” kata dia.

“Itu juga mengerem permintaan agregat sehingga diharapkan bisa membantu saling bersinergi untuk pengelendalian inflasi ke depan,” kata dia.

Sebelumnya, The Fed telah mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan di angka 5,25%-5,50%. Keputusan The Fed menahan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (2/11/2023) adalah yang kedua kalinya dalam dua pertemuan terakhir.

Perry mengatakan bersyukur setelah pengumuman itu rupiah kembali menguat. Meski begitu, dia mengatakan penguatan rupiah saat ini sebenarnya bukan hanya disebabkan oleh keputusan The Fed, melainkan hasil dari koordinasi kebijakan di sektor moneter dan fiskal di Indonesia.

“Koordinasi antara moneter dan fiskal berjalan cukup preventif dan forward looking,” kata dia.

Perry menceritakan sebelum BI menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate ke level 6%, pihaknya juga melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan. Dia mengatakan koordinasi perlu dilakukan, sebab kenaikan suku bunga acuan bukan hanya bertujuan untuk menjaga nilai tukar rupiah.

Namun, juga untuk menjaga pasar uang, pasar Surat Berharga Negara dan pembiayaan fiskal. Dia bilang koordinasi itu tidak hanya dilakukan di tingkap kepala lembaga, namun juga di tingkat direktorat jenderal dan departemen. “Hampir setiap minggu terus koordinasi,” tutur dia.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Suku Bunga AS Diramal Naik 2 Kali Lagi, BI Mau Ikutan?

(mij/mij)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts