Tak Lagi Gelap! Ini Bukti Eropa Bisa Lepas dari Resesi

Jakarta, CNBC Indonesia – Kabar gembira terus berdatangan dari Eropa memasuki 2023. Dulu banyak yang memprediksi Benua Biru akan mengalami resesi, bahkan cukup parah. Kini mulai banyak yang optimistis Eropa bisa terhindar dari resesi.

Read More

Data-data terbaru bisa menjadi indikasinya. Selasa kemarin, S&P Global melaporkan purchasing managers’ index (PMI) sektor jasa Jerman naik menjadi 50,4 pada Januari 2023, dari bulan sebelumnya 49,2.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawah 50 artinya kontraksi, di atasnya adalah ekspansi.

Artinya untuk pertama kalinya dalam 8 bulan terakhir, sektor jasa Jerman kembali berekspansi.

Berbeda dengan sektor jasa, PMI manufaktur Jerman masih mengalami kontraksi, dengan angka 47 turun tipis dari sebelumnya 47,1.

Berbanding terbalik dengan Jerman, PMI manufaktur Prancis justru berekspansi untuk pertama kalinya dalam 7 bulan terakhir, sementara sektor jasa masih kontraksi.

Kemudian untuk zona euro secara keseluruhan sektor jasanya mengalami ekspansi dengan angka 50,7 naik dari bulan sebelumnya 49,8. Ekspansi ini menjadi yang pertama dalam lima bulan terakhir. Untuk sektor manufaktur masih mengalami kontraksi meski membaik menjadi 48,8 dari sebelumnya 47,8.

Untuk diketahui, sektor jasa merupakan kontributor pertumbuhan ekonomi terbesar di Uni Eropa berdasarkan lapangan usaha. Kontribusinya lebih dari 60%.

Kembali berkespansinya sektor jasa menunjukkan tanda-tanda membaiknya perekonomian Eropa, meski masih belum menyeluruh.

Sebelumnya survei yang dilakukan oleh Consensus Economics menunjukkan Eropa diperkirakan akan mampu mencatat pertumbuhan 0,1% pada tahun ini.

Anna Titareva, ekonom di USB sebagaimana dikutip Financial Times Minggu (22/1/2022) mengatakan saat ini risiko resesi Eropa kurang dari 30%, jauh lebih rendah dari proyeksi yang diberikan tahun lalu hingga 90%.

“Meredanya disrupsi supply, pasar tenaga kerja yang kuat dan simpanan yang lebih banyak membuat ekonomi zona euro resilien. Eropa juga sukses memenuhi pasokan gasnya dalam beberapa bulan terakhir,” kata Titavera.

Harga gas juga sudah menurun tajam, kembali ke bawah level sebelum perang Rusia-Ukraina pecah. Hal ini tentunya akan meredakan tekanan inflasi di Benua Biru.

Gubernur bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) dalam World Economic Forum (WEF) di Davos pekan lalu juga mengatakan wajah perekonomian Eropa saat ini jauh lebih bagus, tidak seperti yang ditakutkan sebelumnya.

Pada kesempatan yang sama, deputi direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Gita Gopinath mengatakan keputusan China untuk melonggarkan kebijakan zero Covid-19 menjadi salah satu alasan IMF menjadi lebih optimistis.

China merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia, ketika perekonomiannya pulih, maka perkonomian dunia akan ikut terkerek.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Resesi Ada Jenisnya, Yang Paling Ngeri Bakal Terjadi di 2023?

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts