Tampil Pede, IHSG Siap Ditutup di Zona Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten di zona hijau hingga ditutup menguat pada sesi I Jumat (14/7/2023).

IHSG naik 0,58% ke posisi 6.849,43 dengan nilai transaksi mencapai Rp4,32 triliun dan volume perdagangan 10,24 miliar.

Read More

Sebanyak 292 saham naik, 198 turun, dan 222 saham stagnan.

Pergerakan IHSG pada perdagangan hari ini akan digerakkan oleh beberapa sentimen, terutama dari luar negeri.

Wall Street mampu menguat pada perdagangan kemarin untuk empat hari secara beruntun. Hal ini bisa menjadi katalis positif bagi IHSG, di mana indeks utama wall street adalah acuan bagi bursa global.

Kemudian sentimen lainnya datang dari China, data perdagangan dilaporkan melambat, menandakan bahwa perekonomian negara ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut sedang lesu.

Data Administrasi Umum Kepabeanan melaporkan ekspo

r negeri itu anjlok 12,4% tahun ke tahun (year-on-year/yoy) di Juni. Ini merupakan kedua kali berturut-turut ekspor turun.

Hal tersebut menjadi tanda baru pertumbuhan ekonomi Tirai Bambu lesu. Ekspor diketahui adalah pilar utama pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Meski rebound singkat terjadi pada Maret dan April lalu, ekspor telah menurun sejak Oktober 2022. Penurunan pada Juni ini lebih tajam dari bulan sebelumnya, meski di bawah perkiraan ekonom yang disurvei Bloomberg sebesar 15,3%.

Dari data resmi yang sama, diketahui juga impor mengalami penurunan. Impor turun 6,8% dibandingkan periode yang sama.

“Ancaman resesi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, dikombinasikan dengan inflasi, telah menyebabkan permintaan yang tidak terlalu tinggi untuk produk China,” kata juru bicara Bea Cukai China, Lyu Daliang.

Hal ini bisa menjadi sinyal negatif bagi perdagangan Indonesia terutama ekspor dan impor mengingat China adalah mitra dagang utama Indonesia.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), China berkontribusi sebesar 23,4% dari total ekspor Indonesia.

Jika pertumbuhan impor China negatif, dapat diartikan permintaan dan ekonomi sedang lesu.

Akibatnya barang ekspor andalan Indonesia yang dikirim ke China seperti batu bara dan minyak kelapa sawit juga berpotensi terkena efek negatif. Jika kemudian terjadi gangguan permintaan, devisa Indonesia dari China pun akan berkurang.

Begitu juga dari sisi impor, di mana Indonesia rajin membeli barang modal dari China seperti barang mesin.

Dampaknya adalah industri manufaktur Indonesia bisa saja terhambat akibat pengiriman barang modal yang tersendat karena ekspor China yang kurang bergairah.

Analisis Teknikal




Foto: Putra
Teknikal

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.

Secara umum, IHSG sedang dalam tren naik jangka pendek dan terus berada di atas MA 20 sejak 27 Juni lalu berdasarkan chart 1 jam.

Pada sesi I, IHSG membentuk tiga candle hijau dan mendekati resistance selanjutnya di 6.880 (Fibonacci 78,6%).

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI berada di wilayah overbought 77,90 yang berpotensi membatasi gerak IHSG pada sesi II.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD berada di atas garis sinyal, dengan kecenderungan yang melebar.

IHSG berpeluang ditutup di zona hijau dan menguji resistance selanjutnya untuk IHSG adalah Fibonacci 78,6%, yakni di level 6.880.

Sedangkan, area support terdekat berada di area Fibonacci 61,8% (6.808) dan MA 20 (6.803).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


IHSG Sentuh 6.900 Pasca Lebaran, Bos BEI Bocorkan Penyebabnya

(trp/trp)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts