Tanda-Tanda Ekonomi AS Lesu Makin Nyata, Rupiah pun Tertawa

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah berbagai sentimen yang datang dari AS serta wait and see menunggu data pengangguran AS dan inflasi Indonesia.

Read More

Merujuk dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,10% terhadap dolar AS di angka Rp15.220/US$ pada hari Kamis (31/8/2023). Penguatan rupiah terhadap dolar AS ini memperpanjang tren apresiasi sejak Senin pekan ini.
Posisi ini juga menjadi yang terkuat sejak 11 Agustus 2023 atau 14 hari perdagangan terakhir.



Penguatan rupiah salah satunya dibantu oleh dolar AS yang kembali terpuruk. Dalam catatan Refinitiv, indeks dolar AS (DXY) ada di posisi 103,06 atau turun dibandingkan kemarin yakni 103,15. 

Rilis data ekonomi AS diperkirakan akan mendominasi pergerakan rupiah hari ini. Sejumlah indikator menunjukkan ekonomi AS lesu. Di antaranya adalah laporan tenaga kerja ADP, pertumbuhan ekonomi, dan JOLTS.

Data payrolls ADP menunjukkan pengusaha swasta menambah 177.000 pekerjaan pada Agustus . Jumlah tersebut jauh di bawah angka revisi pada Juli yaitu 371.000. Itu juga meleset dari perkiraan Dow Jones sebesar 200.000. Laporan Tenaga Kerja Nasional ADP mengukur angkatenaga kerjasektor swasta non-pertanian.

AS juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 menjadi 2,1% (secara tahunan) dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,4%.

Terdapat revisi ke bawah pada investasi inventaris swasta dan investasi tetap non-perumahan yang sebagian diimbangi oleh revisi ke atas pada belanja pemerintah negara bagian dan lokal.

Sebelumnya, AS juga melaporkan Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) turun lebih buruk dibandingkan ekspektasi pasar.
JOLTS mengukur
jumlah lapangan pekerjaan baru di luar sektor pertanian AS selama kurun waktu sebulan.

Jumlah lapangan pekerjaan baru JOLTS turun 338.000 menjadi 8,83 juta pada Juli 2023. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 dan di bawah ekspektasi pasar sebesar 9,47 juta.
Penurunan pada Juli juga memperpanjang tren negatif karena JOLTS opening kini sudah turun menjai tiga bulan beruntun.

Melemahnya data-data ekonomi AS ini menjadi kabar baik bagi pemilik emas. Dengan ekonomi melambat maka ada harapan inflasi AS melandai sehingga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) tak galak lagi.

AS juga mengumumkan indeks kepercayaan konsumen (IKK) The Conference Board turun lebih besar dari perkiraan pada periode Agustus. IKK CB AS periode bulan ini turun menjadi 106, dari sebelumnya pada Juli di angka 117.

Hal ini menandakan bahwa masyarakat di Negeri Paman Sam mulai menahan belanja, meski secara pengukuran mereka masih cenderung optimis. IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Skor di atas 100 menandakan konsumen optimistis melihat situasi ekonomi.

Pada malam ini juga akan ada rilis mengenai klaim pengangguran Amerika yang biasanya diumumkan secara mingguan untuk data yang berakhir pada 26 Agustus 2023. Klaim pengangguran AS diproyeksi bisa meningkat ke 235.000 dibandingkan minggu sebelumnya sebesar 230.000.

Dari dalam negeri, pelaku pasar menunggu  data inflasi Agustus yang akan diumumkan besok, Jumat (1/9/2023). 

Di tengah dominasi sentimen eksternal, sentimen internal memberikan angin segar terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan optimisme terhadap proyeksi ekonomi Indonesia hingga tahun depan.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan Rp14.800-15.200 pada tahun ini sedangkan pada tahun depan mengalami penguatan dibandingkan tahun ini yakni menjadi Rp14.600 – 15.100.

Penguatan rupiah juga ditopang oleh proyeksi Inflasi yang tetap terkendali sesuai target bank sentral juga serta prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap positif yaitu 4,7-5,5%.
Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah pun akan meningkat sejalan dengan implementasi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dimana eksportir wajib menempatkan dolar AS ke dalam negeri dalam jangka waktu tertentu. Dengan begitu, cadangan devisa ditargetkan bisa naik US$ 8 – 9 miliar per bulan.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Rupiah Ambruk Setelah Terbang Tinggi, Habis Tenaga?

(mae)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts