Tebar Dividen Rp 8,63 Triliun, Intip Deretan Capaian BRI

Jakarta, CNBC Indonesia – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menutup 2022 dengan sejumlah pencapaian baik dari aksi korporasi maupun berupa pembukuan laba, hingga meningkatkan inklusi keuangan. Pertumbuhan bank yang berfokus pada UMKM ini terlihat sejak masa kepemimpinan Sunarso atau selama pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

Read More

Sunarso diangkat sebagai Direktur Utama BRI untuk pertama kalinya berdasarkan RUPS Luar Biasa pada 2 September 2019. Pada tahun pertamanya menjabat, perseroan dihadapkan dengan tantangan pandemi Covid-19. Tak hanya itu, selama tiga tahun di bawah kepemimpinan Sunarso, BRI dihadapkan dengan krisis ekonomi, resesi, hingga ketidakpastian ekonomi global.

Meski demikian, dia membawa BRI bertahan, bangkit, dan bertumbuh di tengah badai. Selama masa pandemi Covid-19, BRI disebut bangkit dari keterpurukan dengan cepat, dan pada 2021 laba bersih tumbuh 64,8% menjadi Rp 30,8 triliun.

Kemudian tingkat risiko kredit atau LAR turun menjadi 24,11%. Sedangkan untuk kredit bermasalah kotor (net performing loan-gross) terjaga di level 3%. Angka tersebut berada di bawah standar NPL Bank Indonesia yakni 5%.

Pada 2022, BRI pun mencatat pemulihan, di mana BRI mampu membukukan laba bersih sebesar Rp39,3 triliun hingga sembilan bulan 2022 atau tumbuh 106,1%. Secara historis laba bersih BRI dalam satu tahun itu di kisaran Rp2 6-34 triliun atau BRI laba bersih tertinggi dalam sejarah.

Sementara itu di tingkat risiko kredit BRI makin turun. Per September 2022 BRI mencatatkan LAR 19,28% dan NPL gross turun menjadi 3,14% dari 3,3%.

Pada 13 September 2021, BRI juga resmi mendapat mandat baru sebagai induk Holding BUMN Ultra Mikro (UMi) untuk mengembangkan ekosistem Ultra Mikro. BRI bersinergi dengan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) untuk memberikan akses keuangan seluas-luasnya.

Pembentukan Holding Ultra Mikro dilakukan melalui aksi korporasi rights issue dengan transaksi mencapai Rp 96 triliun, terdiri dari Rp 54,7 triliun dalam bentuk partisipasi non tunai Pemerintah dan Rp 41,2 triliun dalam bentuk cash proceed dari pemegang saham publik. Aksi korporasi ini menjadi yang terbesar dalam sejarah pasar modal Indonesia, sekaligus tertinggi di Asia Tenggara.

Pada penambahan modal melalui rights issue ini ada 28,2 miliar lembar saham diterbitkan dalam aksi korporasi ini dan mengalami oversubscribed 1,53 kali. Holding Ultra Mikro ditargetkan dapat melayani 45 juta nasabah ultra mikro yang selama ini belum tersentuh layanan keuangan formal dan menjadi salah satu pendongkrak inklusi keuangan.

Holding UMi menghadirkan co-location yang mampu menghadirkan beragam layanan dari tiga entitas dalam satu lokasi Bernama Sentra Layanan Ultra Mikro atau “SENYUM”.

Dengan berbagai sepak terjangnya, BRI akan dividen interim ini maksimal sebesar Rp 8,63 triliun atau Rp 57 per lembar saham. Dari total nilai tersebut, dividen interim maksimal Rp 4,59 triliun disetorkan kepada pemerintah dan selebihnya sekitar Rp 4,04 triliun dibagikan kepada publik.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), BBRI akan membagikan dividen tunai interim untuk tahun buku 2022 sebesar Rp 57 per saham.

“Yang mau saya tekankan BRI adalah banknya rakyat. BRI berbisnis dengan rakyat dan diproses dengan caranya rakyat. Keuntungan BRI dikembalikan ke rakyat lewat pajak dan dividen. Sudah semestinya BRI adalah bank yang selalu didukung oleh rakyat. Semua prestasi yang dicapai tak lepas dari dukungan seluruh pihak dan seluruh rakyat,” ungkap Sunarso.

 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Kode Keras Manis Bos BRI: Siap Beri Dividen Jumbo

(rah/rah)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts