Tekanan Besar, Rupiah Malah Menguat ke Bawah Rp 15.600/US$!

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Kamis (8/12/2022), setelah merosot 3 hari beruntun. Meski demikian perjuangan rupiah untuk mempertahankan penguatan hingga penutupan perdagangan cukup berat. 

Read More

Malansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,29% ke Rp 15.590/US$ di pasar spot. Penguatan rupiah kemudian terpangkas menjadi 0,16% ke Rp 15.610/US$ pada pukul 9:04 WIB. 

Tekanan bagi rupiah masih besar sebab pasar kembali ragu apakah bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya di bulan ini. Sebelumnya pasar melihat Jerome Powell dkk akan menaikkan suku bunga 50 basis poin pada pekan depan, tetapi dengan data ekonomi yang terlihat masih kuat, ada kemungkinan kenaikan 75 basis poin kembali dilakukan.

Hari ini, Amerika Serikat akan mengumumkan data initial jobless claims untuk pekan yang berakhir pada 3 Desember 2022. Data tersebut diharapkan bisa memberi gambaran yang lebih jelas mengenai perkembangan data tenaga kerja serta ekonomi di Negara Paman Sam.

Tradingeconomics memperkirakan akan ada 250.000 permohonan klaim tunjangan pengangguran. Pada pekan sebelumnya yang berakhir pada 26 November, ada tambahan klaim sebanyak 225.0000.

Pada situasi saat ini, berita baik pada data ekonomi AS akan menjadi berita buruk karena mencerminkan bahwa pasar tenaga masih ketat, sehingga meningkatkan potensi Fed untuk kembali agresif untuk meredam inflasi.

Pasar tenaga kerja yang ketat karena angka lowongan kerja lebih banyak dari angka pengangguran akan membuat para pelaku bisnis untuk menaikkan upah guna mendapatkan calon karyawan yang potensial. Sehingga, masyarakat akan tetap konsumtif, di tengah angka inflasi yang tinggi.

Sementara itu data cadangan devisa Indonesia yang mengalami kenaikan belum mampu mendongkrak kinerja rupiah.

Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan cadangan devisa pada November naik sebesar US$ 3,8 miliar menjadi US$ 134 miliar. Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar sejak Agustus 2021 lalu.

“Peningkatan posisi cadangan devisa pada November 2022 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penerimaan devisa migas,” tulis BI dalam keterangan resmi hari ini.

Sebelumnya cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan dalam 7 bulan beruntun, digunakan BI untuk melakukan intervensi agar menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

“Kami intervensi dalam jumlah yang besar. Cadangan devisa kami turun dari US$ 139,9 miliar menjadi sekitar US$ 130,1 miliar,” papar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (21/11/2022).

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Dolar Makin Perkasa, Rupiah Terkapar ke Atas Rp 15.000/USD

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts