Tekanan dari AS Meningkat, Waspada Rupiah Melemah Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah terpantau melemah lagi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat tekanan eksternal kembali meningkat terutama dari negeri Paman Sam, kendati begitu posisinya masih bertahan di level Rp15.800/US$.

Melansir data Refinitiv, mata uang Garuda pada perdagangan yang berakhir kemarin, Rabu (25/10/2023) ditutup di angka Rp15.865/US$ atau melemah 0,13%. Posisi ini berbanding terbalik dengan penguatan kemarin (24/10/2023) yang ditutup di angka Rp15.845/US$.

Read More

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Rabu (25/10/2023) pukul 14.59 WIB menguat sebesar 0,05% menjadi 106,31. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (24/10/2023) yang berada di angka 106,27.

Pelemahan rupiah kemarin salah satunya didorong akibat ekspektasi konsensus perihal pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal-III 2023 (quarter on quarter/qoq adv) menjadi 4,3% qoq dibandingkan kuartal-II yang sebesar 2,1% pada Kamis (26/10/2023).

Ekonomi AS yang masih kuat didukung dengan pertumbuhan ekonomi kuartal nya yang berpotensi meningkat, akan memberikan tekanan terhadap rupiah karena investor melihat ekonomi AS saat ini sedang ketat dan panas.

Tidak hanya itu, koreksi rupiah saat ini juga terjadi karena sikap bank sentral AS (The Fed) yang diperkirakan akan bertahan tinggi dalam waktu yang lama (higher for longer).

“The Fed berpotensi menahan suku bunga tinggi lebih lama. Hal ini selain karena perang dan harga minyak juga karena data ekonomi AS lebih tinggi dari perkiraan” ujar Praktisi Pasar Modal, Hans Kwee.

Meskipun terjadi pelemahan, komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan merilis paket kebijakan untuk merespons situasi perekonomian terkini. Terutama yang disebabkan oleh global yang memburuk dan berdampak ke ekonomi dan pasar keuangan Indonesia.

Lebih lanjut, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa depresiasi yang terjadi pada mata uang Garuda masih dalam batas aman khususnya untuk berbagai sektor mulai dari riil hingga perbankan. Dirinya juga menyebut, depresiasi yang terjadi juga masih aman untuk inflasi.

“Kalau kita lihat presentase depresiasi mata uang kita masih aman,” kata Jokowi dalam pertemuan kemarin, Selasa (24/10/2023).

Selain itu, Jokowi juga menggarisbawahi ekonomi RI yang mampu tumbuh di atas 5% kala ekonomi dunia lain mengalami perlambatan, bahkan ada pula yang terkontraksi.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah masih dalam tren besar pelemahan, dengan begitu pelaku pasar perlu mencermati posisi level psikologis Rp15.900/US$ yang menjadi target pelemahan terdekat.

Kendati demikian, pelaku pasar juga bisa memperhatikan posisi support terdekat pada garis rata-rata selama 100 jam atau moving average 100 (MA100) di Rp15.830/US$. Posisi ini bisa dijadikan target penguatan apabila ada pembalikan arah dari rupiah dalam melawan dolar AS.




Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Meeting The Fed Mulai Nanti Malam, Waswas Rupiah Turun!

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts