Tekanan Eksternal Masih Berlanjut, Semoga Rupiah Kuat

Jakarta, CNBC Indonesia – Tekanan eksternal nampaknya masih berlanjut menekan laju pergerakan mata uang RI terhadap dolar Amerika Serikat (AS), padahal revisi aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) telah berlaku.

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin, Selasa (1/8/2023) di posisi Rp 15,110/US$, melemah 0,23% secara harian. Posisi penutupan tersebut adalah yang terendah sejak 11 Juli atau dalam 15 hari terakhir.

Read More

.
Pelemahan rupiah sejalan dengan tekanan dari luar negeri yang datang dari data aktivitas manufaktur (PMI manufaktur) AS periode Juli 2023 versi S&P Global dan ISM yang dinanti pasar akan rilis pekan ini. Sayangnya, data PMI terakhir dari AS masih di area kontraksi.

Nilai PMI menggunakan angka 50 sebagai batasnya. Jika berada di bawah 50, menandakan sektor manufaktur sedang mengalami kontraksi. Sebaliknya, jika berada di atas 50, maka sektor manufaktur sedang berekspansi.

Sementara untuk data tenaga kerja AS yang telah irilis kemarin yakni data pembukaan lapangan kerja JOLTS. Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah lapangan kerja baru pada periode Juni 2023 turun menjadi 9,58 juta lapangan, dari sebelumnya pada Mei lalu sebanyak 9,62 juta lapangan kerja.

Pada hari ini akan berlanjut, rilis data tenaga kerja AS dengan data perubahan tenaga kerja versi ADP periode Juli 2023.

Setelah ADP, masih ada sekitar dua data lagi yang penting untuk dicermati oleh pasar yakni data klaim pengangguran mingguan dan data penggajian non-pertanian (non-farming payroll/NFP).

Sementara dari kawasan Asia-Pasifik kondisi manufaktur Jepang dan China juha terpantau masih dalam area kontraksi, walaupun untuk nilai PMI negeri asal Panda mengalami perbaikan.

Tekanan eksternal menjadi faktor utama rupiah masih sulit menguat. Padahal seharusnya sentimen dari berlakunya aturan DHE kemarin menjadi penopang mata uanh Tanah Air. Namun, karena dolar AS sedang perkasa, maka koreksi rupiah pun tak terelakan.

Beberapa perubahan aturan baru terkait DHE Sumber Daya Alam (SDA) ke dalam perbankan di dalam negeri. Di antara perubahan tersebut, eksportir diwajibkan menyimpan 30% dari DHE dalam sistem keuangan Indonesia untuk jangka waktu tertentu.

Tak hanya itu, data inflasi Indonesia periode Juli 2023 resmi dirilis. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi RI Juli kembali turun menjadi 3,08% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari bulan sebelumnya yang sebesar 3,52%.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan tren penurunan inflasi ini menunjukkan stabilitas harga komoditas pangan.

“Angka tahunan ini menggambarkan inflasi menunjukkan harga-harga komoditas pangan relatif stabil dan terkendali,” tegas Pudji, dalam Rilis BPS, Selasa (1/8/2023).

Adapun, angka inflasi yang turun hingga 3,08% membuktikan bahwa ramalan Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo benar adanya. Perry memperkirakan inflasi Juli 2023 bisa turun hingga di bawah 3,5%, lebih rendah dibandingkan bulan lalu.

“Alhamdulillah bulan lalu (Juni) ada 3,5 persen (inflasi). Insyaallah bulan ini bisa di bawah 3,5 persen. Insyaallah tahun ini 3,3 persen,” tegasnya, dikutip Selasa (1/8/2023).

Angka ini juga sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi yang memperkirakan inflasi tahunan bulan lalu turun menjadi 3,08%.

Data inflasi yang melandai lebih baik dari target dan aturan DHE yang lebih ketat diharapkan bisa menjadi penopang bagi pergerakan rupiah ke depan.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu satu jam, rupiah kembali bergerak ke batas atas round number Rp15.100/US$, ini menunjukkan pergerakan yang semakin melemah. Posisi round number tersebut menjadi target penguatan jangka pendek yang potensi diuji jika ada pembalikan arah turun.

Kendati demikian, jika ada pelemahan lanjutan tentu perlu diantisipasi dengan melihat resistance terdekat di posisi Rp15.160/US$ yang diambil dari horizontal line berdasarkan candle 11 Juli 2023.




Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Jelang Puasa, Rupiah Malah Bertenaga dan Menaklukkan Dolar

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts