Terdampak Evergrande, Laba Standard Chartered Turun 33%

Jakarta, CNBC Indonesia – Bank asal Inggris Standard Chartered pada Kamis (26/10/2023) mencatatkan laba sebelum pajak turun 33% pada kuartal ketiga tahun ini. Longsoran laba terjadi setelah perusahaannya terdampak hampir US$1 miliar atau sekitar Rp15,9 miliar dari masalah Evergrande.

Read More

Bank yang berkantor pusat di London yang memperoleh sebagian besar pendapatannya di Asia itu membukukan laba sebelum pajak pada bulan Juli-September sebesar $633 juta. Padahal, tahun sebelumnya ia mencapao angka $996 juta dan rata-rata $1,41 miliar dari 16 perkiraan analis yang dikumpulkan oleh bank tersebut.

Seiring laporan ini, sahamnya yang tercatat di bursa saham di Hong Kong anjlok 5,5% menjadi HK$63,70. Melansir CNBC.com, ini adalha persentase penurunan satu hari terbesar sejak 27 Maret.

Standard Chartered mencatat biaya penurunan nilai kredit naik $62 juta dari tahun sebelumnya menjadi $294 juta setelah dikenakan biaya sebesar $186 juta terkait dengan real estat komersial Tiongkok.

StanChart juga menerima kerugian sebesar $700 juta dari kepemilikannya di China Bohai Bank, yang menurutnya mencerminkan lemahnya pendapatan bank tersebut dan latar belakang perekonomian yang menantang.

Kerugian besar yang terjadi di StanChart yang mengandalkan pemasukan besar dari Tiongkok menggarisbawahi tantangan yang dihadapi pemberi pinjaman untuk meningkatkan keuntungan melalui paparan terhadap ekonomi terbesar kedua di dunia pada saat pertumbuhan melambat dan kerugian pinjaman semakin besar.

Eksposur real estat Tiongkok berjumlah $2,7 miliar, turun $200 juta dari kuartal sebelumnya.

Serangkaian langkah pelonggaran yang dilakukan pemerintah tidak banyak membantu meringankan kerapuhan perekonomian Tiongkok karena krisis di pasar properti semakin parah akibat gagal bayar utang yang besar dan tidak adanya dukungan negara di sektor ini.

Bank-bank dalam negeri melaporkan penurunan margin, sementara bank-bank asing, dengan eksposur yang lebih kecil, mulai menerima pukulan yang lebih besar karena sentimen memburuk dan pemerintah mengarahkan pemberi pinjaman untuk menurunkan suku bunga KPR.

StanChart mengatakan terpukulnya investasinya di China Bohai, pemberi pinjaman di kota pesisir timur Tianjin, disebabkan oleh perkiraan suku bunga yang lebih rendah dan penurunan margin pinjaman yang dilaporkan dalam hasil semesteran bank Tiongkok tersebut.

China Bohai membukukan penurunan pendapatan bunga bersih sebesar 17,8% pada bulan Januari-Juni, menyebabkan penurunan laba keseluruhan sebesar hampir 7%.

Terlepas dari masalah itu, StanChart mengatakan pihaknya yakin dapat mencapai target laba atas ekuitas berwujud sebesar 10% tahun ini dan 11% pada tahun 2024, tetapi menurunkan beberapa perkiraan kinerja lainnya untuk tahun ini.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bank Asing Tertua di RI Ini Tanggapi Pilpres 2024

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts