Terima Kasih Eropa! Minyak Berhasil Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia di buka melemah pada pembukaan perdagangan Jumat (25/8/2023) setelah berhasil ditutup menguat pada perdagangan sebelumnya.

Read More

Harga minyak mentah WTI di buka melemah 0,22% ke posisi US$78,88 per barel, begitu juga harga minyak mentah brent di buka turun 0,12% ke posisi US$83,26 per barel.


Pada perdagangan Kamis (24/8/2023), minyak WTI di tutup menguat 0,20% ke posisi US$79,05 per barel, begitu juga dengan minyak brent naik 0,18% ke posisi US$83,36 per barel.

Harga minyak mentah dunia berhasil di tutup lebih tinggi pada perdagangan Kamis, turun satu dolar per barel di awal perdagangan karena kekhawatiran permintaan dan kuatnya dolar, namun kemudian bangkit kembali setelah laporan penurunan stok bahan bakar minyak di Eropa.

Harga mulai pulih pada pertengahan pagi di New York setelah konsultan Belanda Insights Global menerbitkan data yang menunjukkan stok gasoil yang disimpan di penyimpanan independen di pusat penyulingan dan penyimpanan Amsterdam Rotterdam Antwerp (ARA) turun sebesar 3% pada minggu terakhir.

Jatuhnya stok produk olahan di Eropa dan penurunan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan tenor 2 tahun kemungkinan akan mengangkat harga minyak. Volatilitas kemungkinan akan terus berlanjut sampai investor mendapatkan kejelasan mengenai langkah The Federal Reserve AS selanjutnya.

Pejabat Federal Reserve dan gubernur bank sentral global lainnya sedang menuju ke Jackson Hole. Ketua Fed Jerome Powell akan berpidato di simposium pada hari Jumat. Kehati-hatian investor menjelang pernyataannya mengangkat safe haven dolar, yang membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga mengurangi permintaan.

Pada hari Rabu, Jepang melaporkan menyusutnya aktivitas pabrik selama tiga bulan berturut-turut di bulan Agustus. Aktivitas bisnis zona Euro juga menurun lebih dari yang diperkirakan dan perekonomian Inggris tampaknya akan menyusut pada kuartal ini.

Aktivitas bisnis AS mendekati titik stagnasi pada bulan Agustus, dengan pertumbuhan paling lemah sejak Februari. Namun data juga menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja tetap ketat meskipun The Fed menaikkan suku bunga secara agresif.

“AS masih dalam posisi yang kuat tetapi ada beberapa kelemahan dan jika suku bunga tetap tinggi lebih lama, keretakan lebih lanjut bisa muncul,” ucap Craig Erlam, analis di OANDA.

“Mungkin keraguan ekonomi ini berkontribusi pada terhentinya perekonomian yang kita lihat dan bahkan mungkin memicu koreksi,” tambah Erlam.

Dari sisi pasokan, produksi minyak mentah Iran akan mencapai 3,4 juta barel per hari (bph) pada akhir September, kata menteri perminyakan negara tersebut seperti dikutip oleh media pemerintah, meskipun sanksi AS masih berlaku.

Para pejabat AS juga sedang menyusun proposal yang akan meringankan sanksi terhadap Venezuela, sehingga memungkinkan negara tersebut mengekspor lebih banyak minyak jika negara Amerika Selatan tersebut bergerak menuju pemilihan presiden yang bebas dan adil.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Minyak Dapat Kabar Baik dari AS, Namun Ada Halangan di China

(saw/saw)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts