Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar keuangan Tanah Air nampaknya masih bisa bergejolak akibat kekecewaan pasar dari sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve yang masih hawkish, walaupun Bank Indonesia (BI) masih tetap pada kebijakan longgar-nya.
Merujuk dari Refinitiv, pada perdagangan kemarin, Kamis (21/9/2023) nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,03% terhadap dolar AS di angka Rp15.370/US$. Dalam satu perdagangan kemarin rupiah sempat melemah paling dalam ke Rp15.410/US$, tetapi menjelang akhir sesi berhasil menguat kembali.
Penguatan rupiah kemarin disinyalir berkat keputusan BI yang mengumumkan untuk menahan suku bunga lagi pada posisi 5,75% pada periode September 2023, sudah sejak awal tahun BI menahan suku bunga yang berarti kali ini merupakan kesembilan kalinya.
BI telah mengerek suku bunga sebesar 225 bp dari 3,50% pada Juli 2022 menjadi 5,75% pada Januari tahun ini. Keputusan tersebut juga sudah sesuai dengan ekspektasi pasar dan konsensus yang dihimpun dari CNBC Indonesia.
“Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sebagai konsistensi kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap rendah dan terkendali dalam kisaran sasaran 3 plus minus 1% pada 2023 dan menurun menjadi 2,5 plus minus 1% pada 2024,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung di Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Kendati demikian, pada akhir pekan ini tampaknya nilai tukar rupiah masih ada potensi bergejolak. Pasalnya kekecewaan pasar masih terjadi setelah The Fed mengindikasikan belum akan merubah sikap hawkish-nya selama inflasi belum mencapai target yang ditetapkan dan data-data pendukung masih cukup kuat.
The Fed memang sudah menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% sesuai ekspektasi pasar. Akan tetapi, The Fed mengisyaratkan mereka akan tetap hawkish dan membuka kemungkinan kenaikan suku bunga ke depan.
Hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) juga mengindikasikan jika kebijakan moneter yang ketat akan tetap berlanjut hingga 2024 dan akan memangkas suku bunga lebih sedikit dari indikasi sebelumnya.
Dokumen dot plot The Fed menurunkan suku bunga akan ada di kisaran 5,5-5,75% pada tahun ini. Artinya, ada indikasi jika The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bp lagi hingga akhir tahun.
The Fed menjelaskan jika mereka akan memutuskan kebijakan ke depan secara hati-hati berdasarkan data yang berkembang serta mempertimbangkan outlook serta risikonya. Keputusan The Fed ini mengecewakan pasar yang sudah berekspektasi jika The Fed akan memangkas suku bunga secara signifikan pada tahun depan.
Data terbaru dari pasar tenaga kerja AS menunjukkan ekonomi AS masih panas. Jumlah pegawai AS yang mengajukan klaim pengangguran berkurang 20.000 orang menjadi 201.000 pada pekan yang berakhir pada 16 September. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak pekan terakhir Januari 203.
Klaim pengangguran yang rendah menjadi sinyal jika pasar tenaga kerja AS masih panas sehingga inflasi AS sulit ditekan. Kabar ini tentu saja membuat dunia kecewa karena bisa menjadi pertimbangan The Fed untuk tetap hawkish lebih lama.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu per jam, nilai tukar rupiah sudah bergerak dalam tren sideways dalam rentang sekitar Rp15.365/US$ – Rp15.400/US$. Apabila pergerakan mata uang Garuda bisa menembus batas bawah tersebut yang bertepatan dengan garis rata-rata selama 100 jam atau moving average 100 (MA100) ada potensi penguatan bisa berlanjut.
Kendati begitu, tetap perlu diwaspadai karena level psikologis Rp15.400/US$ juga masih bisa disentuh jika rupiah kembali melemah. Posisi tersebut juga berdekatan dengan horizontal line dari high yang disentuh kemarin, Kamis (21/9/2023).
Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS
|
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbal dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
The Fed Kerek Suku Bunga Lagi, Awas Rupiah Turun Hari Ini!
(tsn/tsn)
Sumber: www.cnbcindonesia.com