Tiga Hari Melesat, Mampukah Rupiah Lanjut Menguat Hari Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia – Pergerakan rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) nampaknya masih akan beragam di tengah penantian pidato Jerome Powell, Chairman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Melansir data Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,33% terhadap dolar AS di angka Rp15.240/US$ pada Kamis (24/8/2023). Penguatan Kamis juga memperpanjang tren positif mata uang Garuda menjadi tiga hari beruntun.

Read More

Posisi penutupan tersebut juga menjadi yang terkuat sejak 11 Agustus 2023 atau dalam delapan hari perdagangan terakhir.

Pergerakan rupiah kemarin semakin menguat pasca Bank Indonesia (BI) menetapkan mempertahankan suku bunga acuan, kendati begitu hari ini pasar akan beralih fokus pada pidato pejabat the Fed pada simposium ekonomi Jackson Hole.

Para pejabat The Fed, termasuk Ketua The Fed Jerome Powell, berkumpul untuk Simposium Ekonomi Jackson Hole, di Wyoming, selama tiga hari, sejak Kamis kemarin, yang diselenggarakan setiap tahun oleh The Fed wilayah Kansas City sejak 1981.

Simposium Jackson Hole adalah acara di mana para gubernur bank sentral, menteri keuangan, ekonom, dan akademisi dari seluruh dunia berkumpul untuk membahas masalah ekonomi yang paling mendesak saat ini.

Simposium tahun ini berjudul “Pergeseran Struktural dalam Ekonomi Dunia” dan kemungkinan akan fokus pada bagaimana bank sentral, setelah menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam lebih dari dua dekade, dapat menjauhkan ekonomi dari resesi.

Jerome Powell akan menyampaikan pidato tentang prospek ekonomi pada Jumat (25/8/2023) di Jackson Hole.

Dalam pidatonya, yang ditetapkan pada pukul 10:05 waktu AS atau 21.05 WIB, Powell akan memberikan pandangan terbarunya tentang apakah diperlukan lebih banyak pengetatan kebijakan untuk menurunkan inflasi di tengah pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, atau mulai mempertimbangkan untuk mempertahankan suku bunga.

Rapat FOMC The Fed berikutnya sendiri akan diadakan pada 19-20 September 2023.

Beralih pada sentimen dalam negeri yang datang dari BI, harapannya ini masih bisa menjadi penopang rupiah di kala sentimen eksternal masih tidak pasti.

Kemarin (24/8/2023) BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75%. Hal ini sesuai dengan konsensus CNBC Indonesia yang memproyeksikan BI akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

Sementara untuk suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%..

“Keputusan mempertahankan BI Rate ini konsisten dengan stand kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali di 3% plus minus 1% dan 2% plus minus 1% pada 2024,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (24/8/2023).

Perry menegaskan fokus kebijakan moneter BI akan diarahkan pada penguatan stabilitas nilai tukar rupiah untuk memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Sementara itu, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik, Perry mengatakan kebijakan makroprudensial longgar terus diarahkan untuk memperkuat efektivitas pemberian insentif likuiditas kepada perbankan guna mendorong kredit/pembiayaan dengan fokus hilirisasi, perumahan, pariwisata dan pembiayaan inklusif dan hijau.

Perry meyakini bahwa stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia, inflasi yang rendah, dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.

Selain itu, menurutnya, BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas, efektivitas implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) SDA sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023, serta penerbitan instrumen operasi moneter (OM) yang pro-market untuk mendukung pendalaman pasar uang dan mendorong masuknya aliran portofolio asing.

Pada Kamis, BI juga mengumumkan akan menerbitkan instrumen operasi moneter kontraksi, yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Instrumen ini adalah instrumen pro-market dalam rangka memperkuat upaya pendalaman pasar uang, mendukung upaya menarik aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio, serta untuk optimalisasi aset SBN yang dimiliki Bank Indonesia sebagai underlying.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah melawan dolar AS sudah dalam tren turun yang menunjukkan penguatan semakin berlanjut, bahkan beberapa garis rata-rata selama 20 jam, 50 jam, 100 jam, dan 200 jam (Moving Average/MA 20, MA50, MA100, dan MA50) telah berhasil di tembus ke bawah. 

Tren turun potensi bisa berlanjut ke support terdekat di posisi Rp15.225/US$, ini diambil dari horizontal line berdasarkan high candle 8 Agustus 2023. Di sisi lain, juga tetap perlu diantisipasi apabila ada pembalikan arah, sebab pergerakan harga selalu berfluktuasi. Pelemahan harga bisa diwaspadai dengan melihat resistance terdekat di Rp15.265/US$ yang diambil berdasarkan MA200-nya. 




Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbal dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Nilai Tukar Rupiah Makin Terpuruk, Kenapa?

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts