Top! Asing Diramal Bakal Terus Masuk ke Pasar RI di Awal 2023

Jakarta, CNBC Indonesia – Potensi investor asing untuk masuk ke pasar keuangan Tanah Air, terutama pasar Surat Berharga Negara, bakal berlanjut pada awal tahun depan.

Read More

Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Faisal Rachman mengungkapkan kemungkinan adanya capital inflow terbuka lebar, karena kenaikan suku bunga bank-bank sentral dunia sudah mulai melandai. Artinya, tren kenaikan sudah akan mendekati puncak.

“Di sisi lain, kondisi fiskal kita cukup baik dimana defisit terhadap GDP (produk domestik bruto/PDB) tercatat kecil, dan ekonomi kita mencatat kinerja yang baik. Jadi kami melihat inflow pada pasar SBN masih dapat terus berlanjut,” ungkapnya kepada CNBC, Senin (19/12/2022).

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani telah mengemukakan bahwa defisit fiskal pada tahun ini diperkirakan akan mencapai 2,84%, lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 3,92%.

Terbukti, asing terus masuk ke pasar SBN dalam tiga minggu terakhir. Dari catatan Bank Indonesia (BI), mencatatkan beli neto Rp2,89 triliun di pasar SBN pada periode 12-15 Desember 2022.

Sebelumnya, BI menunjukkan data transaksi 5 – 8 Desember 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp 8,45 triliun di pasar surat utang Indonesia. Kemudian, pada transaksi 28 November – 1 Desember 2022, asing cetak beli neto pasar SBN mencapai Rp8,76 triliun.

Kendati demikian, Faisal tetap mengingatkan bahwa risiko inflasi global masih membayangi.

“Jika inflasi kembali naik atau meleset dari perkiraan awal bahwa kita sudah melewati puncaknya. Hal ini tentu dapat membuat bank sentral negara-negara dapat kembali hawkish stance kebijakan moneternya,” kata Faisal.

Senada dengan Faisal, Direktur CELIOS Bhima Yudhistira menuturkan proyeksi defisit APBN pada akhir tahun 2022 yang terbilang rendah atau di bawah asumsi menjadi faktor utama dari inflow ke pasar SBN.

Menurutnya, kondisi ini menimbulkan optimisme bahwa defisit APBN rendah yang ditopang oleh penerimaan komoditas dan rendahnya realisasi belanja pasca Covid-19.

Kemudian, faktor pendukung kedua adalah keputusan the Fed menaikkan suku bunga 50 basis points (bps) beberapa waktu lalu.

“Sebagian melihat inflasi di AS mulai melandai yang menandakan bahwa BI mungkin tidak perlu terlalu agresif naikkan suku bunga tahun depan,” katanya kepada CNBC Indonesia.

Dia menambahkan ancaman resesi juga membuat pelaku pasar mulai mencari negara berkembang dengan pertumbuhan yang lebih stabil tahun depan.

“Indonesia sejauh ini masih diharapkan mencatat pertumbuhan di rentan 4,3-4,8% tahun 2023,” tegasnya.

Tahun depan, dia berharap akan inflow karena pada saat itu kebutuhan lelang SBN meningkat sebagai persiapan pembayaran kebutuhan belanja pemerintah di kuartal berikutnya.

Namun, dia mengingatkan bahwa risiko yang perlu diwaspadai adalah fenomena super dollar masih bisa berlanjut.

Kondisi ini dapat membuat capital reversal atau arus modal balik (capital outflow) kembali terjadi karena investor memburu aset berdenominasi dolar. Inflasi

“Pangan salah satunya karena masalah beras juga menjadi pemicu tuntutan investor terhadap suku bunga yang lebih tinggi,” pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Stafsus Sri Mulyani Bantah Pesona Surat Utang RI Redup

(haa/haa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts