Trik Xi Jinping Redam Protes Zero Covid Terbangkan Hang Seng

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup menghijau pada perdagangan Selasa (29/11/2022), di tengah kabar bahwa China akan meningkatkan vaksinasi bagi lansia.

Read More

Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin penguatan bursa Asia-Pasifik pada hari ini, yakni meroket 5,24% ke posisi 18.204,68. Sedangkan Shanghai Composite China juga ditutup bergairah yakni melejit 2,31% menjadi 3.149,75.

Beberapa saham properti China yang terdaftar di bursa Hong Kong terpantau melesat setelah regulator China mengumumkan akan mencabut larangan penggalangan dana ekuitas untuk sektor tersebut.

Saham Cifi Holdings Group melesat 1,63%, sedangkan saham Country Garden melonjak 4,45%, saham Logan Group melejit 11,33%, dan saham Longfor Group melompat 6,82%.

Komisi Regulasi Sekuritas China mengumumkan lima langkah dukungan untuk pasar real estate, termasuk penghapusan pembatasan multi-tahun pada pengembang properti yang menjual saham untuk mengumpulkan dana.

Sementara untuk indeks Straits Times Singapura melonjak 1,12% ke posisi 3.276,36, ASX 200 Australia menguat 0,33% ke 7.253,3, dan KOSPI Korea Selatan melesat 1,04% menjadi 2.433,39.

Namun untuk indeks Nikkei 225 Jepang dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada hari ini. Nikkei melemah 0,48% ke posisi 28.027,84, sedangkan IHSG turun tipis 0,08% menjadi 7.012,07.

Di tengah gejolak masyarakat sipil China yang menolak kebijakan nol-Covid atau Zero Covid, ada sedikit kabar baik di mana otoritas kesehatan China mendesak populasi lansia untuk menunjukkan inisiatif terkait vaksinasi.

Mengumumkan “rencana kerja baru”, Xia Gang, seorang pejabat NHC yang bertanggung jawab atas layanan imunisasi, mengatakan bahwa pemerintah berencana untuk “mengoptimalkan layanan dan publisitas” untuk meningkatkan tingkat vaksinasi nasional, terutama bagi para lansia.

“Saya juga berharap para lansia itu, terutama mereka yang berusia di atas 80 tahun… silakan mengambil inisiatif sendiri untuk memvaksinasi dan melindungi kesehatan Anda sendiri,” kata Xia, dikutip dari CNBC International.

Sementara itu, otoritas kesehatan China mengatakan bahwa para pejabat “mengawasi dengan cermat” perkembangan Covid-19, ketika ditanya apakah protes di wilayah tersebut akan menyebabkan perubahan dalam kebijakan nol-Covid.

“China telah mengikuti dan mengamati dengan cermat virus itu berkembang dan bermutasi,” kata para pejabat kesehatan China.

Gejolak aksi masyarakat sipil di China terjadi pada akhir pekan lalu, di mana mereka mulai frustasi dengan kebijakan non-Covid yang diterapkan oleh pemerintah China.

Gelombang protes sipil belum pernah terjadi sebelumnya di China daratan sejak Presiden Xi Jinping mengambil alih kekuasaan satu dekade lalu. Kini. warga diselimuti rasa frustrasi atas kebijakan nol-Covid dari Xi Jinping 3 tahun setelah pandemi merebak.

Hal ini dikarenakan kondisi pandemi Covid-19 di China kembali mengkhawatirkan dan membuat pemerintah China terus memberlakukan kebijakan tersebut.

Per Minggu lalu, China melaporkan 40.052 kasus lokal baru Covid-19, di mana 3.748 diantaranya bergejala dan 36.304 tidak bergejala. Kondisi pandemi Covid-19 yang kembali mengkhawatirkan membuat pemerintah China terus memberlakukan kebijakan Zero Covid.

Alhasil, investor khawatir bahwa ketegangan tersebut akan berdampak kepada ekonomi China. Maklum saja, China merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, saat kerusuhan terjadi dan berdampak pada roda bisnis, maka negara lain akan terkena dampaknya.

Ekonomi China memiliki kontribusi mencapai 18,6% terhadap produk domestik bruto (PDB) global pada 2021 yang sebesar US$ 96,3 triliun, mengalahkan Amerika Serikat (AS). Ini membuat kesehatan ekonomi negeri Tirai Bambu itu menjadi penting bagi seluruh negara di dunia.

Di lain sisi, pengamat pasar memperkirakan lebih banyak volatilitas ke depan karena investor mencerna serangkaian data ekonomi yang akan datang akhir pekan ini, terutama di Amerika Serikat (AS) yang akan memberikan informasi lebih lanjut tentang keadaan ekonominya

Rilis utama termasuk indeks pengeluaran konsumsi pribadi (personal consumption expenditure/PCE) pada Kamis dan rilis laporan penggajian AS periode November yang dijadwalkan pada Jumat mendatang.

Investor juga akan menantikan pidato dari Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell untuk mencari petunjuk tentang seperti apa kenaikan suku bunga di masa depan karena Fed terus berusaha untuk menurunkan angka inflasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Kabar Baik Buat IHSG, Wall Street Cerah, Bursa Asia Meroket!

(chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts