Tutup Tahun, Rupiah Merosot 8,5% Sepanjang 2022!

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah sukses menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan 2022. Meski demikian, sepanjang tahun ini rupiah mencatat pelemahan yang tajam.

Read More

Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan Jumat (30/12/2022) di Rp 15.565/US$, menguat 0,57% di pasar spot.

Kamis kemarin rupiah sempat menyentuh Rp 15.760/US$ yang merupakan level terlemah tahun ini sekaligus sejak April 2020.

Sepanjang tahun ini rupiah tercatat masih melemah sekitar 8,5%.

Cash is the king yang kembali menggema di Republik Indonesia (RI) menjadi salah satu pemicu buruknya kinerja rupiah.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan 5 persoalan yang harus diwaspadai Indonesia, salah satunya cash is the king.

Cash is the king mencerminkan keyakinan jika uang tunai atau cash lebih berharga ketimbang aset investasi lainnya. Fenomena ini terjadi akibat ketidakpastian yang tinggi.

Sebelumnya saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Perry juga menyebut cash is the king sebagai biang kerok keluarnya aliran modal dari pasar obligasi.

“Akibat risiko portofolio naik, mereka memilih menumpuk uangnya di instrumen yang likuid, baik cash dan near cash,” papar Perry, Senin (21/11/2022).

Adapun, near cash assets yaitu deposito dan surat utang.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) capital outflow di pasar obligasi sekunder tahun ini sempat lebih dari mencapai Rp 170 triliun. Sebelum mulai masuk kembali sejak November.

Namun patut digarisbawahi, dalam kondisi saat ini bukan sembarang uang tunai yang dipegang investor, melainkan dolar AS.

Patut diingat, cash is the king bukan berarti para investor menyimpan dolar AS dalam bentuk tunai saja, tetapi bisa dalam bentuk tabungan, atau instrumen investasi dalam bentuk dolar AS yang likuid.

Cash is the king juga berbeda dengan rush money, yakni kondisi saat masyarakat melakukan penarikan uang besar-besaran dari perbankan.

Adapun cash is the king yang terjadi kali ini akibat sikap agresif bank sentral AS (The Fed) dalam menaikkan suku bunga.

Seperti diketahui, The Fed sudah menaikkan suku bunga sebesar 425 basis poin menjadi 4,25% – 4,5%. Bahkan, tren kenaikan suku bunga dikatakan masih akan berlanjut hingga awal tahun depan.

Fenomena cash is the king pun muncul, yang membuat dolar AS sangat perkasa. Apalagi dengan menyandang status aset aman (safe haven), dolar AS semakin diburu saat dunia terancam mengalami resesi pada tahun depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Terkapar Lawan Dolar AS, Rupiah Dekati Level Rp 15.600/USD

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts