UOB Indonesia Akui Pelemahan Rupiah Bikin Bisnis Welma Tertekan


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – PT Bank UOB Indonesia mengungkapkan tren pelemahan rupiah berdampak pada bisnis pengelolaan kekayaan atau wealth management. Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret melihat pertumbuhan bisnis itu tahun ini tidak akan sekuat tahun-tahun sebelumnya akibat melemahnya mata uang garuda.

“Kita lihat faktornya dari luar negeri, situasi yang terjadi di luar negeri menyebabkan pelemahan rupiah sehingga kita juga lihat bisnis wealth management dengan pelemahan rupiah sedalam ini di tahun ini mungkin belum bisa se-strong di tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya usai UOB Media Literacy Circle, Jakarta Pusat, Rabu (24/4/2024).

Namun, dengan keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) kemarin untuk meningkatkan suku bunga acuan menjadi 6,25%, serta pulihnya perekonomian RI, Vera mengatakan bisnis wealth management diharapkan dapat tetap tumbuh positif tahun ini. Terutama di produk-produk seperti reksa dana.

Ia kemudian mengungkapkan, tren pelemahan rupiah ini tidak membuat para nasabah UOB Indonesia mengalihkan investasinya ke instrument lain. Vera menjelaskan, sejak tingkat suku bunga acuan mulai naik dalam beberapa tahun terakhir, nasabah lebih gencar dalam berinvestasi di obligasi.

Selain itu, para nasabah disebut memiliki kesadaran bahwa tren pelemahan rupiah saat ini bersifat jangka pendek.

“Ini menjadi kesempatan sebenarnya untuk averaging investasi. Karena, kita nggak tahu nih sampai seberapa dalam bottoms-nya. Nasabah itu saat ini mulai pelan-pelan mengalokasikan uangnya sedikit-sedikit masuk ke investasi yang sedikit lebih berisiko contohnya misalnya saham,” terang Vera.

Sementara itu, tren pelemahan rupiah disebut tidak berpengaruh pada pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) valuta asing (valas). Sebab, Vera mengatakan para nasabah yang memiliki tabungan valas itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan, bukan sebagai investasi.

“Mayoritas nasabah kita yang menaruh di DPK valas itu adalah untuk kebutuhan. Kebutuhan bisnis, kebutuhan anak sekolah, kebutuhan simpanan. Jadi secara DPK valas, sampai saat ini tidak mempengaruhi,” tuturnya.

Vera menjelaskan tidak ada indikasi nasabah mengambil untung dari penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Justru, nasabah mulai mengambil untung dari investasi dari obligasi dalam mata uang asing.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Peluang Peningkatan Investasi & Konektivitas di ASEAN

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts