Wadidaw! Harga Batu Bara Malah Susut 1,5% Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia – Pada pekan terakhir bulan ini, harga komoditas batu bara kembali berakhir ke zona merah. Kondisi ini mematahkan rally yang sempat terjadi selama sembilan hari beruntun.

Read More

Merujuk data Refinitiv, pada perdagangan yang berakhir Jumat (27/7/2023) harga batu bara ICE Newscastle menyusut -1,59% secara mingguan ke posisi US$ 139,50 per ton, padahal pada pekan ketiga bulan ini sempat melonjak hingga 6,78%. Alhasil, penguatan harus pupus membuat pergerakan selama satu bulan terakhir masih ambles 6,81%.


Pelemahan harga batu bara disinyalir akibat aksi profit taking yang masih berlanjut, mengingat sempat terjadi rally hingga 15% dalam sembilan hari beruntun pada bulan ini. Sikap ambil untung oleh investor juga dipengaruhi oleh beberapa sentimen, salah satunya dari bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25% – 5,50%.

Bahkan, pada pertemuan bulan ini Chairman The Fed, Jerome Powell menyampaikan nada hawkish terkait kenaikan suku bunga lagi masih memungkinkan. Hal ini direspon negatif oleh pasar karena bisa menyebabkan mata uang dolar AS makin menguat.

Kondisi the Greenback yang kuat biasanya memiliki hubungan berbanding terbalik dengan harga komoditas, termasuk batu bara. Ini karena pasar menyikapi dolar AS akan menekan mata uang negara lainnya yang membuat harga impor jadi lebih mahal. Oleh sebab itu, demand bisa turun yang berimplikasi pada pelemahan harga.

Selain itu, peningkatan suku bunga acuan juga terjadi di Eropa akibat inflasi yang masih sulit turun. Pada Kamis (27/7/2023) Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga deposito di blok 20 negara untuk yang kesembilan kalinya berturut-turut menjadi 3,75%.

Kenaikan suku bunga masih menjadi ketidakpastian di pasar yang akan terus berlanjut hingga sisa tahun ini dan menjadi ancaman perlambatan ekonomi global, terutama di Eropa resesi sudah semakin nyata terjadi.

Selain itu, ada pengaruh dari penurunan harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) yang turun tipis 2,87% ke 28,43 euro per mega-watt (MWH). Harga tersebut tak mampu menyentuh di atas level EUS 30/MWH yang sempat terjadi pada 24-25 Juli lalu. Harga batu bara memiliki keterkaitan dengan gas alam karena keduanya merupakan sumber energi yang saling menggantikan atau substitusi.

Kendati demikian, prospek batu bara sebagai komoditas cyclical masih mendapat angin segar pada akhir tahun. Musim dingin di negara musim empat akan mendorong permintaan meningkat. Selain itu efek gelombang panas yang masih dirasakan berbagai negara juga juga bisa menaikkan demand energi dari batubara.

Hal tersebut menjadi faktor permintaan global masih tetap bertumbuh tahun ini, bahkan bisa mendekati volume tertinggi sepanjang masa atau tumbuh sekitar 3% – 5% dibandingkan tahun sebelumnya. Data International Energy Agency (IEA) menunjukkan konsumsi batubara pada 2022 naik 3,3% menjadi 8,3 miliar ton dan merupakan rekor all time high.

Dileep Srivastava, Direktur Independen & Sekretaris Perusahaan Bumi Resources juga proyeksi permintaan batu bara dunia meningkat 1,5% menjadi 4,66 miliar ton. Kenaikan akan ditopang pertumbuhan 1% dari pembangkit listrik dan 2% dari non pembangkit listrik.

Dileep menambahkan untuk paruh kedua 2023 permintaan batu bara diperkirakan akan mengalami penurunan dibanding semester pertama. Sepanjang tahun ini, diperkirakan permintaan turun 0,4% menjadi 5,59 miliar ton untuk pembangkit listrik tenaga batu bara. Sementara untuk permintaan batu bara yang bukan pembangkit listrik diperkirakan akan meningkat, menyentuh 2,79 miliar ton sepanjang 2023

Peningkatan konsumsi batu bara memang diperkirakan lebih kepada kebutuhan industri, sementara untuk pembangkit listrik kemungkinan besar tidak terlalu atraktif akibat tuntutan mengurangi emisi gas guna mencapai bisnis yang lebih ramah lingkungan.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Masih Jadi Andalan, Permintaan Global Batubara Tetap Tinggi

(tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts