Waduh, Minyak Mentah & CPO Kompak Turun Gegara Ini

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) acuan pada pekan ini terpantau sedikit lesu dan diikuti oleh tekanan dari pelemahan harga minyak mentah dunia.

Read More

Sepanjang pekan ini, harga CPO di bursa Malaysia untuk kontrak Januari 2024 turun 0,19% secara point-to-point (ptp). Pada perdagangan Jumat (27/10/2023), harga CPO ditutup melemah 0,42% ke posisi MYR 3.768/ton.



Harga CPO yang mengalami penurunan tipis pekan ini selaras dengan melandainya harga minyak mentah dunia karena data yang menunjukkan peningkatan produksi dari The Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan Amerika Serikat (AS).

Sepanjang pekan ini, harga minyak kontrak jenis Brent ambles 6,18% secara point-to-point (ptp). Sedangkan untuk minyak kontrak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) ambruk 5,88% pekan ini.

Harga minyak di awal pekan terpuruk akibat sikap wait and see pelaku pasar menjelang pertemuan bank sentral AS (The Fed) pada Kamis (2/11/2023) dini hari perihal suku bunga.

The Fed, Bank of England, dan Bank of Japan pada pekan lalu akhirnya masih memutuskan untuk menahan suku bunganya meski inflasi yang terjadi cukup tinggi dari target yang ditetapkan khususnya bagi AS yang saat ini memiliki inflasi 3,7% year on year (yoy) dan Inggris dengan inflasi saat ini di angka 6,7% yoy.

Lebih lanjut, minyak dunia kembali longsor akibat produksi minyak mentah OPEC naik 180.000 barel per hari (bpd) pada bulan Oktober, menurut survei Reuters, terutama didorong oleh Nigeria dan Angola.

Produksi lapangan minyak mentah AS juga naik ke rekor bulanan baru pada bulan Agustus sebesar 13,05 juta barel per hari, menurut data Badan Informasi Energi (EIA).

Tidak sampai disitu, harga minyak turun setelah American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Administration (EIA) mengumumkan peningkatan stok minyak negara tersebut.

API memperkirakan kenaikan stok minyak mentah AS sebesar 1,3 juta barel, dibandingkan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 1,6 juta barel. EIA mengatakan persediaan meningkat sekitar 800.000 barel menjadi 421,9 juta barel pada pekan lalu, menandakan penurunan permintaan minyak di konsumen minyak terbesar dunia.

Kekhawatiran bahwa China, importir minyak terbesar di dunia, mungkin mengalami penurunan konsumsi minyak akibat data aktivitas pabrik yang lebih lemah dari perkiraan juga memberikan tekanan pada harga minyak pada minggu ini.

Data menunjukkan penurunan aktivitas manufaktur Tiongkok pada bulan Oktober. Indeks manajer pembelian manufaktur resmi negara tersebut berkontraksi menjadi 49,5 pada bulan lalu.

Sementara untuk harga CPO pun mengalami penurunan akibat stok minyak sawit Malaysia pada akhir bulan Oktober berada pada level tertinggi sejak Mei 2019, karena produksi yang lebih tinggi menutupi peningkatan ekspor, menurut survei Reuters pada hari Jumat (3/11/2023).

Pada bulan Oktober, impor minyak nabati India mencapai titik terendah dalam 16 bulan karena perusahaan penyulingan membatasi pembelian karena meningkatnya jumlah stok, kata enam dealer kepada Reuters. India, negara importir terbesar, mengurangi pembelian dapat meningkatkan stok di produsen utama lainnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


AS Proyeksikan Ekonomi Cerah , Minyak Gagal Anjlok

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts