Wait and See ‘Kode’ dari The Fed, Wall Street Dibuka Beragam

Jakarta, CNBC Indonesia – Tiga indeks utama Wall Street mengawali perdagangan beragam, namun mayoritas di zona hijau pada perdagangan awal pekan Senin (17/7/2023) waktu New York di tengah penantian investor terkait sinyal dari The Fed ke mana arah suku bunga pada pertemuan mendatang.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka terkoreksi 0,11% ke posisi 34.470,71. Sementara S&P 500 naik tipis 0,03% ke 4.506,83, dan Nasdaq Composite menguat 0,28% ke posisi 14.153,13.

Read More

Pergerakan tersebut terjadi setelah pendapatan bank besar yang solid dan laporan inflasi yang lebih lemah mengangkat sentimen investor. Itu meningkatkan beberapa harapan bahwa The Fed mungkin dapat meredam inflasi tanpa membuat ekonomi jatuh ke dalam resesi.

“Ini adalah skenario Goldilocks, inflasi turun dengan tingkat pengangguran yang hampir mencapai rekor terendah,” kata Kathryn Rooney Vera, kepala strategi pasar di StoneX yang dikutip dari CNBC International.

“Ya, orang-orang merasa sakit dengan harga, tapi mereka punya pekerjaan. Bukti semakin menguntungkan untuk sudut pandang soft landing, dan disinflasi yang rapi inilah yang membuat pasar menjadi gila” tambahnya.




Foto: AP/Courtney Crow
In this photo provided by the New York Stock Exchange, trader Americo Brunetti works on the floor, Thursday, March 25, 2021. Stocks are wobbling in afternoon trading Thursday as a slide in technology companies is being offset by gains for banks as bond yields stabilize.(Courtney Crow/New York Stock Exchange via AP)

Di sisi lain, musim pendapatan kuartal kedua naik minggu ini dengan hasil dari lembaga keuangan besar seperti Bank of America, Morgan Stanley dan Goldman Sachs. Hasil juga jatuh tempo dari United Airlines, Pasir Las Vegas, raksasa teknologi Tesla dan Netflix.

Saat ini, Wall Street tengah bersiap menghadapi musim yang suram dengan laba yang lebih rendah. Analis memperkirakan penurunan lebih dari 7% dalam pendapatan S&P 500 dari tahun lalu, menurut FactSet.

Minggu ini juga investor tengah memasang mode wait and see menjelang pertemuan kebijakan bulan Juli. Menurut alat FedWatch CME Group, investor mengantisipasi peluang hampir 97% bank sentral paling powerfull itu bakal menaikkan suku bunga akhir bulan ini, setelah menghentikan kenaikan pada bulan Juni.

Sebagaimana diketahui, inflasi AS melandai ke 3% (year on year/yoy) pada Juni 2023, dari 4% (yoy) pada Mei. Laju inflasi AS jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi inflasi Juni sebesar 3,1%. Laju inflasi Juni juga menjadi yang terendah sejak Maret 2021.

Secara bulanan (month to month/mtm), inflasi AS melandai mencapai 0,2%dari 0,1% pada bulan Mei. Inflasi tersebut juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi inflasi akan ada di angka 0,3%. Dengan inflasi yang melandai, pelaku pasar kini berekspektasi jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan melunak.

Beberapa analis juga memperkirakan bahwa AS tidak lagi memiliki masalah inflasi, menurut ekonom veteran Steve Hanke. Ia mengungkapkan cerita inflasi adalah sejarah pasca-ramalan bahwa inflasi telah melandai.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


Artikel Selanjutnya


Krisis Amerika Belum Reda, Bursa Wall Street Ambruk Lagi

(aum/aum)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts