Wall Street Dibuka Kurang Bergairah, Pesta Pora Sudah Selesai?


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka cenderung mendatar pada perdagangan Jumat (1/3/2024), karena investor mengambil jeda setelah reli di sesi sebelumnya, didorong oleh pembacaan inflasi yang memperkuat perkiraan penurunan suku bunga pada Juni mendatang.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka turun 0,1% ke posisi 38.957,129, sedangkan S&P 500 naik 0,11% ke 5.101,98, dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,16% menjadi 16.118,25.

Kemarin, Nasdaq berhasil mencetak rekor terbarunya ditopang oleh kenaikan saham terkait kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) seperti saham Nvidia dan saingannya yakni saham Advanced Micro Devices (AMD). Keduanya pun juga mencetak rekor tertinggi barunya kemarin.

Saham Nvidia, pendorong utama reli yang dipimpin AI di Wall Street tahun ini, melesat 1,4%, sedangkan saham AMD melonjak 3,1%, setelah melonjak 9% di sesi sebelumnya.

Reli Wall Street mendapat dukungan lebih lanjut karena laporan pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) sesuai dengan ekspektasi pada Kamis kemarin dan menunjukkan pertumbuhan inflasi tahunan adalah yang terkecil dalam tiga tahun.

Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS melaporkan inflasi PCE pada Januari lalu naik tercatat 2,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan mencapai 0,3% secara bulanan (month-to-month/mtm). Angka bulanan lebih tinggi dari periode Desember 2023 yang tumbuh 0,1%, namun secara tahunan lebih rendah dari Desember 2023 yang tumbuh 2,6%.

Angka ini juga sudah sesuai dengan ekspektasi pasar, yang memperkirakan inflasi PCE tumbuh 0,3% (mtm) dan 2,4% (yoy).

Tak hanya itu saja, data klaim pengangguran mingguan terbaru juga cenderung positif.

Laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja pada hari ini menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran negara naik 13,000 menjadi 215,000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 24 Februari. Para ekonom memperkirakan 210,000 klaim untuk minggu terakhir.

Dengan dua data tersebut yang tumbuh cenderung wajar membuat pasar sempat bergembira kemarin, sebelum akhirnya mulai merealisasikan keuntungannya pada hari ini.

Di lain sisi, data aktivitas manufaktur AS terbaru yang dirilis pada hari ini cenderung mengecewakan, membuat pasar kembali skeptis meski tidak terlalu besar.

Institute for Supply Management (ISM) melaporkan PMI manufaktur AS pada Februari lalu turun menjadi 47,8, dari sebelumnya di angka 49,1 pada Januari lalu.

Ini adalah bulan ke-16 berturut-turut dimana PMI tetap berada di bawah 50, yang mengindikasikan adanya kontraksi di sektor manufaktur.

PMI menggunakan angka50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Wall Street Dibuka Lesu Lagi, Reli Sudah Berakhir?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts