Wall Street Galau Parah, Hari Ini Dibuka Merana Lagi


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka berbalik arah ke zona koreksi pada perdagangan Selasa (9/1/2024), karena pasar mengurangi pertaruhan mereka terhadap penurunan suku bunga bank sentral AS yang rencananya akan segera dilakukan pada Maret mendatang.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka melemah 0,54% ke posisi 37.478,738, S&P 500 terkoreksi 0,53%, dan Nasdaq Composite terdepresiasi 0,68%.

Naiknya kembali imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) menjadi penyebab Wall Street berbalik arah ke zona koreksi, setelah kemarin ditutup bergairah karena ditopang oleh saham-saham teknologi.

Yield US Treasury tenor 10 tahun yang merupakan acuan obligasi negara AS 1,7 basis poin (bp) menjadi 4,019%. Yield US Treasury 10 tahun diketahui sudah berada di level 4% sejak Jumat pekan lalu.

Alhasil, kenaikan yield Treasury membuat saham-saham teknologi kembali berjatuhan. Beberapa nama teknologi pun berbalik arah ke zona merah.

Saham Unity Software ambles 3% setelah perusahaan mengatakan akan memberhentikan sekitar 25% tenaga kerjanya, sedangkan saham Netflix merosot 1,6% karena penurunan peringkat (ratings) oleh Citi Group. Sementara untuk saham Apple juga ambrol 1%.

“Pasar benar-benar mencoba untuk mengetahui berapa banyak pemotongan suku bunga bank sentral pada tahun ini. Namun, kami yakin bahwa lebih banyak ekuitas yang akan mencapai titik tertinggi sepanjang masanya pada akhir 2024,” kata AJ Oden, ahli strategi investasi global di Bank Swasta JPMorgan, dikutip dari CNBC International.

“Alasannya adalah kami percaya bahwa teknologi akan mengalami tahun yang cukup kuat dan hal ini akan menambah penarik yang kita lihat di pasar saham hingga akhir tahun ini,” tambah Oden.

Di lain sisi, data yang dirilis pada hari ini di AS menunjukkan bahwa defisit perdagangan Negeri Paman Sam secara tak terduga menyempit pada November 2023, karena impor menurun, berdasarkan data dari Biro Sensus Departemen Perdagangan AS.

Defisit perdagangan menyusut 2% menjadi US$ 63,2 miliar pada November 2023. Data per Oktober 2023 direvisi sedikit untuk menunjukkan kesenjangan perdagangan melebar menjadi US$ 64,5 miliar, bukan US$ 64,3 miliar seperti yang dilaporkan sebelumnya.

Adapun ekspor AS pada November 2023 mengalami penurunan menjadi US$ 253,7 miliar, yang berarti lebih rendah dari posisi Oktober 2023. Impor juga turun menjadi US$ 316,9 miliar. Penurunan defisit barang dan peningkatan surplus jasa berkontribusi terhadap penurunan defisit secara keseluruhan.

Selain itu, investor juga akan memantau rilis data inflasi periode Desember 2023 pada Kamis dan Jumat mendatang untuk mendapatkan kejelasan mengenai jalur penurunan suku bunga dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Inflasi konsumen (Consumer Price Index/CPI) AS Desember 2023 akan dirilis pada Kamis, sedangkan inflasi produsen (Producer Price Index/PPI) AS periode Desember 2023 akan dirilis pada Jumat akhir pekan ini.

Sementara itu, ada sedikit kabar baik di mana saham Juniper Networks melejit lebih dari 20% pada awal sesi hari ini, setelah laporan Wall Street Journal mengatakan Hewlett Packard Enterprise akan mengumumkan kesepakatan untuk mengakuisisi perusahaan perangkat keras jaringan tersebut senilai sekitar US$ 13 miliar pada pekan ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Wall Street Dibuka ‘Galau’ di Awal Pekan, Ada Apa?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts