Wall Street Merana Lagi, Masih Gegara Utang AS Turun Kasta?

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kembali melanjutkan koreksinya pada perdagangan Kamis (3/8/2023), di mana aksi jual investor masih berlangsung pasca Fitch Ratings memangkas peringkat utang nasional AS.

Read More

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka melemah 0,22% ke posisi 35.203,99, S&P 500 terkoreksi 0,39% ke 4.495,84, dan Nasdaq Composite terpangkas 0,47% menjadi 13.907,21.

Investor cenderung masih melanjutkan aksi jualnya, setelah kemarin lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings memangkas peringkat utang nasional AS. Hal ini membuat investor khawatir akan bertambahnya kembali ketidakpastian global.

Sebelumnya pada Rabu kemarin, Fitch Ratings menurunkan peringkat surat utang AS dari AAA menjadi AA+ yang merupakan konsekuensi dari dampak persoalan plafon utang pada Mei lalu.

Penurunan oleh Fitch ini belum pernah terjadi sebelumnya. Peringkat AAA adalah tertinggi sementara AA+ adalah lebih rendah di bawah AAA.

“Penurunan peringkat AS mencerminkan penurunan fiskal yang diyakini akan terjadi selama tiga tahun ke depan, beban utang pemerintah tinggi dan terus meningkat, dan erosi tata kelola relatif terhadap negara-negara lain yang berperingkat ‘AA’ dan ‘AAA’ dalam dua dekade terakhir yang telah tercermin dalam kebuntuan batas utang yang berulang-ulang dan resolusi di saat-saat terakhir,” ujar Fitch Ratings.

Sebenarnya pada Mei lalu, Fitch telah memberi tanda waspada “rating watch negative” ke surat utang AS. Peningkatan masalah politik yang telah menghambat resolusi untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang menjelang tenggat waktu yang semakin dekat pun disebut sebagai penyebabnya.

“Dalam pandangan Fitch, telah terjadi kemerosotan yang stabil dalam standar tata kelola selama 20 tahun terakhir, termasuk masalah fiskal dan utang. Selain itu, ketegangan politik batas utang berulang dan resolusi menit terakhir telah mengikis kepercayaan pada manajemen fiskal,” tambah Fitch.

Sentimen dari pemangkasan peringkat utang AS pun masih membuat imbali hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) bergerak naik. Per pukul 20:42 WIB, yield Treasury acuan tenor 10 tahun naik hingga 10,9 basis poin (bp) ke posisi 4,187%. Hal ini menjadi posisi tertingginya dalam 9 bulan terakhir.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya.

Di lain sisi, tingkat produktivitas di AS melonjak pada kuartal II-2023, sementara biaya tenaga kerja hasilnya kurang dari yang diharapkan dan klaim pengangguran naik sedikit, menurut laporan Departemen Tenaga Kerja AS.

Produktivitas non-pertanian melonjak 3,7% untuk periode April hingga Juni, karena output naik 2,4% dan jam kerja turun 1,3%.

Sedangkan biaya unit tenaga kerja, ukuran kompensasi per jam terhadap produktivitas, meningkat 1,6%, karena biaya kompensasi meningkat 5,5%, tetapi diimbangi dengan peningkatan produktivitas sebesar 3,7%.

Sementara itu, klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir 30 Juli mencapai 227.000, naik sebesar 6.000 dari pekan sebelumnya, tetapi sesuai dengan ekspektasi.

Data tenaga kerja tersebut akan menjadi pertimbangan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menentukan langkah kebijakan suku bunga acuannya berikutnya. Sejauh ini, data tenaga kerja AS yang sudah dirilis cenderung masih kuat.

Masih kuatnya data tenaga kerja bisa membuat The Fed belum berpaling untuk merubah sikapnya menjadi lebih dovish, meski inflasi dan data ekonomi AS lainnya menunjukkan ada tanda-tanda pelemahan.

Sementara itu, musim rilis laporan keuangan kuartal II-2023 yang cukup sibuk terus berlanjut. Perusahaan pembuat chip, Qualcomm kehilangan ekspektasi pendapatan kuartal ketiga dan mengeluarkan proyeksi yang mengecewakan.

Namun, investor masih menanti rilis kinerja keuangan dari emiten teknologi raksasa di AS, yakni Amazon dan Apple, di mana keduanya akan merilis laporan keuangan kuartal II-2023 menjelang akhir perdagangan.

Sejauh ini, hampir 67% konstituen di S&P 500 telah mengeluarkan laporan triwulanan terbaru mereka, dengan sekitar 81% mengalahkan ekspektasi, menurut FactSet.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Gegara The Fed & Krisis Bank, Wall Street Dibuka Lesu Lagi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts