Wall Street Mulai Bangkit, Investor Lupakan Sikap The Fed?

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka di zona hijau pada perdagangan Jumat (22/9/2023) akhir pekan ini, di mana investor sepertinya mulai mengurangi rasa kekecewaannya terhadap sikap bank sentral AS dan kembali berinvestasi di aset berisiko seperti saham.

Read More

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka turun tipis 0,03% ke posisi 34.059,941. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite berhasil menghijau. S&P 500 menguat 0,24% ke 4.340,23 dan Nasdaq terapresiasi 0,48%.

Rebound-nya S&P 500 dan Nasdaq, meski tidak diikuti oleh Dow Jones terjadi setelah terkoreksi tiga hari beruntun karena investor bereaksi terhadap sinyal dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang bermaksud mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama.

Namun, sepertinya investor tidak mau berlarut-larut dalam kekecewaan dan mereka kembali memburu aset berisiko seperti saham.

S&P 500 dan Nasdaq Composite yang berbasis teknologi masing-masing ambles 2,5% dan 3,1% sepanjang pekan ini, berada di jalur kinerja mingguan terburuk sejak Maret lalu. Ini juga akan menjadi pekan negatif ketiga berturut-turut. Sedangkan Dow Jones telah merosot 1,6% pada pekan ini.

Sementara itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) mulai melandai, meski masih berada di level tertinggi sejak 2007, setelah The Fed memperkirakan satu kali kenaikan suku bunga lagi pada tahun ini.

Yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan acuan (benchmark) obligasi pemerintah AS turun 0,3 bp menjadi 4,45%.

Selain The Fed, meningkatnya yield Treasury tenor 10 tahun terjadi karena data pengangguran yang masih cukup kuat.

Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis kemarin melaporkan klaim pengangguran mingguan turun menjadi 201.000 untuk pekan yang berakhir 16 September, jauh lebih rendah dari perkiraan para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones sebesar 225.000. Ini menjadi volume klaim pengangguran baru terendah sejak Januari lalu.

Namun, klaim dapat meningkat dalam beberapa minggu mendatang karena pemogokan parsial yang dilakukan oleh serikat pekerja United Auto Workers (UAW) memaksa produsen mobil untuk memberhentikan sementara pekerjanya karena kekurangan beberapa bahan baku.

Meski begitu, ada kabar baik di mana raksasa otomotif Ford dilaporkan membuat kemajuan dalam negosiasi dengan serikat pekerja United Auto Workers yang melakukan pemogokan. Tak hanya Ford, produsen otomotif lainnya seperti Stellantis dan General Motors juga mendukung serikat pekerja. Alhasil, ketiga saham otomotif di AS tersebut pun menghijau.

Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan pada pertemuan edisi September bahwa pasar tenaga kerja masih ketat, tetapi kondisi penawaran dan permintaan terus mencapai keseimbangan yang lebih baik.

Di lain sisi, pasar cenderung mengalihkan perhatiannya kepada potensi gagalnya rancangan undang-undang (RUU) untuk mencegah pemerintah AS melakukan penutupan (shutdown).

Sebelumnya pada Kamis kemarin, para pemimpin Partai Republik di DPR AS membuat majelis tersebut memasuki masa reses, yang kemungkinan besar menghilangkan harapan untuk meloloskan RUU untuk mendanai pemerintah dalam beberapa hari mendatang.

Perubahan jadwal tersebut merupakan kegagalan yang memalukan bagi Ketua DPR, Kevin McCarthy, seorang warga California yang perlu menyatukan kaukus Partai Republik yang terpecah untuk menghindarishutdownpada akhir bulan ini.

“Kami ingin menghindari penutupan ini sebisa kami,” kata Senator Markwayne Mullin,mengatakan kepadaCNBCInternational,Kamis (21/9/2023) waktu AS.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Gegara The Fed & Krisis Bank, Wall Street Dibuka Lesu Lagi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts