Waspada! IHSG Masih Rawan Dilanda Aksi Profit Taking

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (24/8/2023), seiring Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuannya yang sesuai konsensus.

IHSG ditutup turun 0,32% ke posisi 6.899,392. IHSG kembali menyentuh level psikologis 6.800 pada perdagangan Kamis.

Read More

Beberapa sektor menjadi pemberat IHSG pada Kamis, yakni sektor infrastruktur yang mencapai 1,97%, sektor energi sebesar 1,26%, dan sektor teknologi sebesar 0,8%.

Selain itu, beberapa saham juga menjadi pemberat IHSG.

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi pemberat IHSG terbesar pada Kamis, yakni mencapai 6,7 indeks poin.

IHSG ditutup melemah setelah pada perdagangan sesi I Kamis bergerak cukup volatil. Selain itu, IHSG melemah setelah selama tiga hari beruntun mengalami penguatan.

IHSG terkoreksi setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75%. Hal ini sesuai dengan konsensus CNBC Indonesia yang memproyeksikan BI akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

Sementara untuk suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

“Keputusan mempertahankan BI Rate ini konsisten dengan stand kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali di 3% plus minus 1% dan 2% plus minus 1% pada 2024,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (24/8/2023).

Perry menegaskan fokus kebijakan moneter BI akan diarahkan pada penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Selain itu, tekanan dari eksternal masih terjadi mengingat pada akhir pekan ini akan ada Simposium Jackson Hole di Wyoming, tempat para gubernur bank sentral terkemuka akan berkumpul untuk simposium tahunan bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tersebut.

Semua perhatian akan tertuju pada Ketua The Fed, Jerome Powell, yang pidatonya akan sangat ditunggu-tunggu.

Powell akan memberikan pandangan terbarunya tentang apakah diperlukan lebih banyak pengetatan kebijakan untuk menurunkan inflasi di tengah pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, atau mulai mempertimbangkan untuk mempertahankan suku bunga.

Pidato Powell akan dinanti-nanti karena secara historis memiliki efek kejut yang besar untuk pasar global mengingat pada pekan lalu. Potensi sikaphawkishmasih cukup kental terasa untuk risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bulan depan (September 2023).

Analisis Teknikal




Foto: Teknikal
Teknikal

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.

Pada Rabu, IHSG membentuk candle shooting star, tanda pembalikan arah. Pada Kamis, melemah dan mendekati garis MA 20 (6.891).

IHSG masih di atas area penting, yakni level 6.880 (Fibonacci 78,6%). IHSG sejauh ini masih sideways sejak awal Agustus lalu.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI turun ke 54,57.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD di bawah garis sinyal dengan kecenderungan mulai menyempit.

Hari ini, IHSG berpotensi menguji support terdekat yang berupa garis MA 20 (6.891) sebelum menentukan arah berikutnya. Level support terdekat untuk IHSG berada di 6.940.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Sudah di Depan Mata! IHSG Tatap Level Psikologis 6.800

(trp/trp)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts