White Christmas Tak Datang, Harga Batu Bara Tumbang

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara terus melandai menjelang libur Natal dan Tahun Baru. Pada perdagangan Kamis (22/12/2022), harga batu bara kontrak Januari di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 371 per ton. Harganya melandai 0,74%.

Read More

Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif batu bara yang sudah berlangsung selama dua hari. Dalam sepekan harga batu bara melemah 1,5% sementara dalam sebulan masih melonjak 4,5% dan melesat 103,2% setahun.


Melandainya harga batu bara disebabkan oleh lebih hangatnya suhu di Eropa menjelang Hari Raya Natal serta melonjaknya kasus Covid-19 di China. Namun, masih tingginya permintaan dari Jerman mencegah harga batu bara untuk turun terlalu tajam.

Dilansir dari Bloomberg, suhu di sebagian besar Eropa akan bersahabat mulai akhir pekan ini hingga awal Januari.

Menghangatnya suhu di Eropa memupus harapan masyarakat untuk melihat fenomena White Christmas pada tahun ini. Sisi positifnya adalah permintaan listrik tidak akan melonjak sehingga tekanan terhadap harga energi berkurang.

Maxar Technologies Inc memperkirakan suhu di Paris dan Frankfurt diperkirakan akan ada di kisaran 7 derajat Celcius, jauh di atas suhu normal menjelang Natal pada tahun-tahun sebelumnya. Permintaan listrik juga biasanya akan anjlok selama libur Natal dan Tahun Baru.

Indeks heating degree akan berada di angka 71,4 derajat pada 27 -31 Desember, jauh di bawah rata-rata dalam 10 tahun terakhir yakni 76,4.

Produksi listrik dari reaktor nuklir di Prancis juga diproyeksi akan meningkat dari 50% pada November 2022 menjadi 68%.

Pasokan gas di Eropa memang melandai ke kisaran 83% tetapi dengan melemahnya permintaan listrik serta meningkatnya produksi listrik dari reactor nuklir Prancis maka kekhawatiran akan pasokan energi memudar.

Meningkatnya kasus Covid-19 di China juga membuat harga batu bara melandai.  China melaporkan tambahan kasus sebanyak 2.722 pada Selasa (20/12/2022), naik dibandingkan pada hari sebelumnya yang tercatat 1.995. Kasus kematian akibat Covid juga terus meningkat yang membuat pelaku pasar khawatir.

Melonjaknya kasus Covid juga membuat sejumlah pabrik berhenti beroperasi sehingga menurunkan permintaan listrik dan batu bara. Kenaikan kasus juga membuat permintaan batu bara dari industri baja anjlok hingga setengahnya.

Melandainya harga batu bara sedikit tertolong oleh masih tingginya permintaan dari Jerman.

Jerman pada Kamis (22/12/2022) mengumumkan akan memperpanjang operasional pembangkit listrik batu bara Uniper setidaknya hingga Maret 2024.

Keputusan ini dipertanyakan mengingat Jerman sudah berkomitmen untuk berhenti dari candu batu bara. Pembangkit batu bara kini menyumbang sepertiga dari total listrik Jerman.

Beberapa perusahaan Jerman juga kembali ke batu bara untuk kebutuhan listrik pabrik mereka, seperti Steag GmbH. Pada Desember, tingkat polusi dari pembangkit listrik di Jerman bahkan setara dengan Afrika Selatan dan India.

“Semua orang menjaga target emisi tetapi harus diakui saat Anda dihadapkan pada dilemma apakah harus tetap menyalakan lampu atau mengurangi emosi karbon, pilihan yang diambil tetap menyalakan lampu,” tutur Carlos Fernandez Alvarez, kepala divisi gas dan batu bara serta listrik di International Energy Agency (EIA).

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Harga Batu Bara Ambruk Lagi, Turun 3,58%

(mae/mae)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts