2 Analis Ini Ungkap Penyebab Laba Mitratel Naik 13% ke Rp2,01 T


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten menara telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel melaporkan kinerja keuangan sepanjang 2023. Anak usaha bisnis menara Telkom ini berhasil meraih kenaikan laba bersih 13% menjadi Rp 2,01 triliun, YoY dari tahun sebelumnya laba Rp 1,79 triliun. Pencapaian laba ditopang pendapatan yang juga naik 11,2% menjadi Rp 8,60 triliun, dari sebelumnya Rp 7,73 triliun.

Bisnis tower leasing atau penyewaan menara masih menjadi faktor pendorong pertumbuhan utama MTEL. Portfolio ini meraih pendapatan Rp 7,14 triliun, atau naik 12% YoY, didorong akuisisi menara, pertambahan menara secara organik, serta kolokasi.

Dua analis Trimegah Sekuritas Indonesia, Sabrina dan Richardson Raymon memandang pendorong kinerja MTEL lantaran strategi akuisisi anorganik yang secara sistematis memperluas portofolio menara dan meningkatkan rasio sewa (tenancy ratio), termasuk di luar Jawa.

“Kami yakin MTEL telah menunjukkan kinerja yang baik di 2023, Mitratel proaktif menambah aset serat optik untuk memperluas jangkauannya, ini bertujuan meningkatkan pendapatan dan menaikkan margin,” seperti dikutip dalam risetnya, Selasa (26/3/2024).

Bahkan keduanya menilai, Mitratel diprediksi akan terus mengejar penambahan menara secara anorganik dan semakin perluasan cakupan serat optiknya.

Berdasarkan dokumen analyst meeting Mitratel, dengan jumlah total menara sebanyak 38.014 unit yang telah dimiliki, MTEL mempertahankan posisi sebagai pemilik menara terbanyak di Asia Tenggara. Jumlah menara itu naik 7,3% dari tahun sebelumnya 35.418 menara, dengan sebaran mencapai 42% di Jawa dan 58% di luar Jawa.

Dari segmen kolokasi, jumlah tenant juga meningkat signifikan 17% menjadi 19.395 tenant dari sebelumnya 16.588 tenant. Dengan demikian rasio sewa (tenancy ratio) Mitratel meningkat 0,04 persentase poin (ppt) menjadi 1,51 kali dibandingkan dengan tahun sebelumnya 1,47 kali.

Analis memprediksi angka rasio sewa ini bakal terus meningkat, sejalan dengan agenda besar operator telekomunikasi ke luar Jawa setelah melakukan konsolidasi. Mereka memerlukan infrastruktur menara dan fiber bukan hanya untuk memperluas coverage juga meningkatkan kualitas koneksi internet.

Analisis lain yakni dari BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) juga menilai pencapaian pendapatan dan EBITDA Mitratel yang masing-masing Rp 8,60 triliun (+11,2%) dan Rp 6,92 triliun (+12,7%) masih selaras dengan proyeksi BRIDS dan konsensus.

Secara operasional, MTEL yang disokong Grup Telkom diprediksi akan makin kuat dengan strategi akuisisi menara, peningkatan kolokasi, built to suit, dan penambahan akuisisi fiber optik. Menara build-to-suit ialah pembangunan menara baru berdasarkan order dari operator telekomunikasi, sedangkan kolokasi adalah layanan di mana sejumlah operator telko menyewa menara milik perseroan.

Riset BRIDS di awal tahun 2024 juga sudah melihat tren ekspansi operator telko ke luar Jawa akan menguntungkan bagi MTEL, karena rasio sewa MTEL terendah (1,5 kali), dibanding pesaingnya yakni PT Tower Bersama Infrasctructure Tbk (TBIG) 1,87 kali dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) 1,81 kali. Dengan begitu, MTEL berpotensi menghasilkan kolokasi yang tinggi.

“Operator telko selain Telkomsel ekspansi ke pulau luar Jawa, MTEL menawarkan sewa kolokasi dengan lebih banyak pilihan ketimbang pesaingnya,” kata analis BRI Danareksa, Niko Margaronis, seperti dikutip dalam risetnya Selasa (26/3/2024).

Rencana 2024

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko (Teddy), mengatakan pencapaian tahun 2023 tidak lepas dari ekspansi perseroan dalam menambah portofolio aset, terutama di luar Jawa. Strategi ini sejalan dengan rencana bisnis operator seluler yang tengah ekspansi ke luar Jawa, baik untuk memperluas coverage, pangsa pasar hingga meningkatkan kualitas koneksi internet di perdesaan.

“Portofolio menara dan fiber kami tersebar merata di seluruh Indonesia. Sebanyak 22.237 menara atau 58% dari total, ada di luar pulau Jawa,” kata Teddy dalam keterangan resmi, Selasa (26/3/2024).

Pasar menilai strategi ini berpotensi terjadi mengingat total belanja modal (capex) yang disiapkan Mitratel di tahun lalu mencapai Rp 7 triliun dan hingga akhir September 2023 baru terpakai 58%.

“Kami akan terus menambah aset, baik berupa menara maupun fiber optic baik secara organik maupun anorganik, termasuk adanya potensi pelepasan aset dari operator telko,” kata Teddy.

Pada akhir 2023, Mitrael memiliki 38.014 menara di Indonesia usai membangun 682 menara baru dan menambah hampir 2.000 menara lewat akuisisi, termasuk pembelian aset menara milik Indosat Ooredoo (Q1-2023) dan menara PT Gametraco Tunggal/Gametraco (Q4-2023).

Mitratel juga memiliki fiber optik yang bertambah 15.880 km hingga total panjang mencapai 32.521 km, naik 95,4%, usai total akuisisi sepanjang 7.000 km.

Analis BRIDS Niko Margaronis pun menyematkan ‘overweight’ untuk sektor menara telko atau potensi naik dibanding sektor lain, dengan rekomendasi beli yakni saham MTEL, dengan target harga Rp 960/saham.

Sementara itu, analis sekuritas lain, Jonghoon Won dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, memberikan target harga Rp 940/saham untuk MTEL, dengan menggunakan metode arus kas terdiskon (discounted cash flow/DCF) dengan Weighted Average Cost of Capital (WACC) sebesar 9,75% dan tingkat pertumbuhan terminal 1,5%.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Kuartal III, Laba Bersih ISAT Turun 24,41% ke Rp2,7 T

(ayh/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts