5 Saham Ini Cuan Banyak Saat IHSG Cetak Rekor Lagi


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat pada perdagangan sesi I Jumat (8/3/2024), melanjutkan penguatannya kemarin dan setelah mencetak rekor barunya kemarin.

Hingga pukul 11:30 WIB, IHSG menguat 0,33% ke posisi 7.398,004. Pada posisi ini menjadi level tertinggi baru sementaranya. Adapun kemarin, IHSG berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang masa barunya di 7.373,96.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan sesi I hari ini mencapai sekitar Rp 7,5 triliun dengan melibatkan 7,8 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 644.006 kali.

Saat IHSG menguat kembali, beberapa saham terpantau mengalami penguatan yang cukup signifikan. Berikut lima saham top gainers atau yang menguat paling kencang di sesi I hari ini.

Emiten Kode Saham Harga Saham Terakhir Perubahan
Timah TINS 740 22,31%
MNC Sky Vision MSKY 89 21,92%
Bank Mayapada Internasional MAYA 274 19,13%
Bank Neo Commerce BBYB 306 10,87%
Krakatau Steel (Persero) KRAS 148 7,25%

Sumber: RTI

Saham BUMN produsen timah yang juga tergabung dalam MIND ID yakni PT Timah Tbk (TINS) menjadi yang paling kencang penguatannya pada sesi I hari ini, yakni mencapai 22,31% ke posisi Rp 740/saham.

Kenaikan saham TINS salah satunya yakni melonjaknya harga timah dunia, karena meningkatnya permintaan (demand) tetapi tidak dibarengi dengan meningkatnya penawaran (supply), alias supply timah dunia masih cenderung terbatas.

Di posisi kedua, terdapat saham emiten jasa manajemen pelanggan TV berbayar Grup MNC yakni PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) yang terbang 21,92% menjadi Rp 89/saham.

IHSG kembali menguat disinyalir berkat respon positif pelaku pasar dari rilis data pekerjaan Amerika Serikat (AS) terbaru yang mulai mendingin, surplus neraca dagang China, hingga cadangan devisa RI yang masih memadai.

Pada Kamis malam, Biro Ketenagakerjaan AS merilis data pekerjaan terbaru yang dapat menjadi perhitungan dalam memprediksi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Jumlah orang yang mengklaim tunjangan pengangguran di AS adalah 217.000 pada pekan yang berakhir 2 Maret 2024, tidak berubah dari tingkat revisi minggu sebelumnya dan di atas ekspektasi pasar sebesar 215 ribu.

Level minggu sebelumnya direvisi naik 2.000 dari 215.000 menjadi 217.000. Sementara itu, klaim pengangguran berkelanjutan naik sebesar 8 ribu menjadi 1906 ribu pada minggu sebelumnya, tertinggi sejak November, dan di atas ekspektasi pasar sebesar 1889 ribu. Rata-rata pergerakan 4 minggu turun 750 menjadi 212,25 ribu

Angka dari jumlah klaim pengangguran yang meningkat akan menjadi sentimen baik karena dipandang menjadi ‘pelicin’ The Fed untuk menurunkan suku bunga segera.

Berikutnya, ada sentimen positif juga dari China terkait dengan surplus neraca dagang yang melonjak. Sepanjang Januari – Februari 2024, neraca dagang sang Naga Asia ini tercatat surplus US$ 1215,16 miliar.

Nilai tersebut melonjak signifikan dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 103,8 miliar dan melampaui perkiraan pasar sebesar US$ 103,7 miliar.

Surplus neraca dagang China disinyalir karena ekspor meningkat lebih besar dibandingkan impor. Ekspor tumbuh sebesar 7,1%, mengalahkan ekspektasi pertumbuhan 1,9%, sementara impor naik 3,5%, dibandingkan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 1,5%

Posisi China sebagai partner dagang RI terbesar, pertumbuhan baik dari sisi ekspor-impor tentu akan menguntungkan. Pasalnya, siklus perdagangan menjadi lebih lancar dan memberikan inflow ke RI.

Dari sisi domestik, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 sebesar US$ 144 miliar. Realisasi ini turun dibandingkan posisi pada akhir Januari 2024 sebesar US$ 145,1 miliar.

Berdasarkan siaran pers Bank Indonesia (BI), Kamis (7/3/2024) kemarin, penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


IHSG Loyo Menjelang Akhir Pekan, 5 Saham Ini Biang Keroknya

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts