Ada Kroni Kapitalis Dibalik Pencaplokan Credit Suisse

Jakarta, CNBC Indonesia – Pencaplokan raksasa bank Swiss, Credit Suisse oleh saingannya, UBS telah rampung. Akuisisi ini nampaknya menjadi “kesepakatan terbesar dalam dekade ini”, menurut Jon Sindreu dari The Wall Street Journal.

Read More

UBS menyatakan pada 11 Agustus lalu bahwa bank akan secara sukarela mengakhiri kata UBS pada 11 Agustus bahwa itu akan secara sukarela mengakhiri backstop agreement senilai CHF 9 miliar (Rp 156,59 triliun) terhadap Credit Suisse. Untuk diketahui, backstop agreement adalah perlindungan finansial terhadap yang merupakan bagian dari perjanjian bisnis. Keputusan UBS ini memungkinkan pemerintah Swiss untuk turun tangan menutup kerugian Credit Suisse pada aset tertentu.

Mengutip Money Week, Senin (21/8/2023), UBS pun telah mendapatkan jaminan sebagai bagian dari akuisisi Credit Suisse yang terburu-buru saat krisis perbankan bulan Maret lalu. Namun, kesepakatan konsolidasi ini tidak disukai warga Swiss.

Sindreu menilai keputusan UBS untuk menghentikan backstop agreement bagi Credit Suisse, menunjukkan bahwa UBS tidak menemukan banyak aset buruk dari bank gagal itu.

Secara keseluruhan, UBS hanya membayar US$ 3,6 miliar (Rp 55,19 triliun) untuk mengamankan aset senilai US$ 38 miliar (Rp 582,65 triliun). The Economist pun menilai, kesepakatan ini telah membuat UBS menjadi raksasa dengan nilai aset yang diinvestasikan sebesar US$ 5 triliun (Rp 76.665 triliun) dan neraca keuangan berukuran dua kali ekonomi Swiss.

Bank-bank di Eropa menjadi tidak menguntungkan secara kronis sejak krisis finansial. Namun, UBS pasca akuisisi memberikan peluang bagi Eropa secara keseluruhan untuk menjadi penantang bagi raksasa-raksasa perbankan di Amerika Serikat (AS).

Profesor bidang regulasi perbankan dari University of Zurich, Kern Alexander, mengungkapkan bahwa peristiwa kejatuhan Credit Suisse telah mengungkapkan budaya regulasi yang lemah di Swiss. Ada kecenderungan untuk “membiarkan masalah semakin parah sampai perbankan mencapai titik puncak”.

Profesor bidang finansial Arturo Bris dari IMD World Competitiveness Center mengatakan aksi pencaplokan Credit Suisse yang terburu-buru melalui regulator, politisi, dan bankir ini mengimplikasikan kapitalisme kroni.

Hugo Miller, Bastian Benrat, dan Jeff Black dari Bloomberg menyebut peristiwa kejatuhan Credit Suisse dan pencaplokannya oleh UBS ini menciptakan tanda tanya pada perekonomian Swiss.

“Beberapa mempertanyakan apakah Swiss memiliki masa depan” sebagai pusat keuangan. Namun, Swiss cenderung menjadi lembam atau menolak perubahan terhadap pergerakannya.

Mereka memandang bahwa pembicaraan tentang perubahan serius telah surut.

“Kebanyakan orang Swiss [mengangkat bahu] dan negara kembali menghasilkan uang”.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


167 Tahun Kisah Credit Suisse Hingga Kini Diambang Bangkrut

(Zefanya Aprilia/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts