Ada Tangan Dingin Sosok Ini Dibalik Berdirinya Agung Podomoro

Jakarta, CNBC Indonesia –  PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) melalui PT Tiara Metropolitan Indah (TMI) telah melakukan penjualan aset Neo Soho Mall, Jakarta pada 26 September 2023. Aset tersebut laku seharga Rp 1,44 triliun termasuk PPN kepada PT NSM Assets Indonesia (NSMAI), yang dimiliki oleh NSM Asset Japan LLC (NSMAJ) dan TMI dengan kepemilikan saham masing-masing sebesar 71,42% dan 28,58%.

Read More

Penjualan ini dilakukan sebagai strategi jangka panjang penguatan bisnis dan juga sebagai upaya pelunasan sebagian utang APLN ke bank. Praktis penjualan ini semakin mewarnai perjalanan panjang APLN dalam sejarah properti di Indonesia. 

Jika melihat pada sejarah, APLN tak terlepas dari sosok Anton Haliman. Pria kelahiran Jakarta, 5 Juli 1926, ini memang tercatat sebagai pendiri Agung Podomoro. Sebelum mendirikan perusahaan properti, awalnya Haliman adalah seorang karyawan di perusahaan real estate.

Di tahun 1960-an, dia sempat menjadi General Manager di PT Sumber Tjahjono. Lalu di tahun 1965, dia sudah pernah memimpin beberapa perusahaan. Dan tiga tahun kemudian dia mulai jadi pengembang perumahan 1-2 hektare yang kemudian berubah menjadi 20 hektar. 

Sejak itu Haliman dikenal publik sebagai sosok yang mampu menyulap rawa dan hutan belantara menjadi perumahan, perkantoran, pertokoan, sekolah dan arena olahraga. Hingga akhirnya pada 1973 dia serius dalam bisnis properti dengan mendirikan PT Agung Podomoro. 

Mengacu pada Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1983-1984 (1984), proyek pertama Haliman di Agung Podomoro adalah menyulap kawasan Sunter, Jakarta Utara. Sebelum 1970-an, Sunter termasuk daerah pinggiran dari kota Jakarta yang sangat sepi dan dianggap sebagai tempat jin buang anak. 

Meski begitu, Haliman melihat ini sebagai peluang bagus untuk berbisnis. Dia pun segera menggarap lahan seluas 300 hektar tersebut. Terlebih, tanah di Sunter belum ada satupun yang digarap pengusaha. 

Dahulu pernah ada niatan Salim untuk menggarap wilayah Sunter. Namun, karena nasehat dari Ciputra yang menyebut Sunter tidak bagus buat properti, Salim tidak mau melakukannya. 

Singkat cerita, Haliman pun berhasil menggarap wilayah Sunter dan mengubahnya menjadi perumahan dan kawasan niaga penting di Jakarta Utara. Seketika, wilayah yang dianggap Salim tidak bagus itu malah menjadi tempat pertumbuhan cukup cepat di Jakarta tahun 1980-an.

Sejak itulah nama Haliman semakin harum. Seiring berjalannya waktu, bisnis propertinya berkembang menjadi besar. Setelah Anton Haliman tutup usia pada 1999, PT Agung Podomoro diteruskan oleh Thong Sin Lung alias Trihatma Kusuma Haliman, putra Anton Haliman.

Sejak di tangan Trihatma inilah, Agung Podomoro mulai membangun pusat perbelanjaan. 

Mengutip buku 9 Jalan Pengusaha (2013), alasan pelebaran sayap ini disebabkan karena Trihatma percaya bahwa trend orang Jakarta berbelanja bakal meningkat. Dari sinilah dia ingin mendirikan mall baru di Jakarta, khususnya mall mewah yang masih jarang.

Alhasil, pada sekitar tahun 2005, dia mulai fokus membangun mall baru. Portofolio pertamanya adalah kompleks multiguna di Jakarta Pusat, tepatnya di daerah Senayan bernama Senayan City pada 2006.

Belakangan, portofolio pusat perbelanjaan Agung Podomoro semakin bertambah usai menggarap Thamrin City, Mangga Dua Square, Central Park dan Neo Soho. Namun, dua nama terakhir kini sudah tidak lagi dimiliki Agung Podomoro karena sudah dilepas ke perusahaan lain.

[Gambas:Video CNBC]

(mfa/mfa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts