Aksi Profit Taking, Harga CPO Turun Dua Hari Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau turun di sesi awal perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (20/10/2023) melanjutkan penurunan sejak perdagangan kemarin.

Read More

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau melemah 0,8% di posisi MYR 3.728 per ton pada pukul 08:00 WIB. Dengan perlemahan ini, harganya semakin konsisten berada di level 3.700.

Pada perdagangan Kamis (18/10/2023) harga CPO ditutup ambrol 1,36% ke posisi MYR 3.758 per ton. Dengan ini, dalam empat hari perdagangan harga CPO masih menguat 0,56%, dan secara bulanan turun 0,24%, serta masih mengalami koreksi tajam hingga 9,97% secara tahunan.



Melemahnya harga CPO terjadi karena aksi profit taking atau ambil untung setelah harganya naik lima hari beruntun sejak pekan lalu dan sempat menyentuh level 3.800.

“Tampaknya pasar mengambil untung setelah kenaikan baru-baru ini dari level terendah 3.521 ringgit per ton pada 10 Oktober ke level tertinggi hari ini,” kata seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur yang dikutip dari Reuters.

Surveyor kargo Societe Generale de Surveillance (SGS) memperkirakan ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-15 Oktober sebesar 665.876 metrik ton. Sementara itu, ekspor minyak sawit Malaysia pada 1-15 Oktober naik antara 5,6% dan 7,3% dari bulan sebelumnya, menurut perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia dan surveyor kargo Intertek Testing Services.

Dari sisi minyak saingannya, kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, turun 0,39%, sedangkan kontrak minyak sawit DCPcv1 naik 0,43%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade BOc2 turun 0,76%.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait saat mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.

Dari dalam negeri, kandidat presiden Indonesia Anies Baswedan pada hari Kamis menyampaikan janji kebijakan kepada KPU yang berfokus pada peningkatan pertumbuhan dan lapangan kerja, insentif investasi energi terbarukan, dan pengendalian inflasi di negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara.

Salinan platform kebijakan mantan gubernur Jakarta tersebut juga mencakup komitmen untuk memperluas akses ke pasar global bagi petani kelapa sawit, memperkuat perjanjian perdagangan bebas, menghentikan pembangkit listrik tenaga batubara dan menargetkan pertumbuhan rata-rata sebesar 5,5% hingga 6,5% per tahun.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Warning Bos Sawit! Harga CPO Ambles 1% Lebih Awal Pekan

(aum/aum)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts