Ambruknya Saham Tekno Bikin Sadar! Jalan Masih Terjal Bung

Jakarta, CNBC Indonesia – Saham emiten teknologi beramai-ramai terkapar di zona merah pada perdagangan Jumat (10/2/2023). Turunnya big cap di sektor tersebut membuat kinerja indeks teknologi (IDXTECHNO) menjadi yang terburuk kemarin.

Read More

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDXTECHNO minus 2,28%, paling jeblok di antara sektor lainnya.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri turun 0,25%, setelah sempat ambles lebih dari 1% hingga jeda sesi I kemarin.

Ada sejumlah sentimen yang memengaruhi penurunan tiba-tiba saham IDXTECHNO di pekan ini usai mengawali tahun dengan manis, terutama tekanan dari salah satu raksasa di sektor tersebut.

Saham dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di IDXTECHNO, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) anjlok hingga batas auto rejection bawah (ARB) 6,25% ke Rp105/saham.

Dalam 3 hari terakhir saham GOTO selalu berada di zona merah.

Investor tampaknya mulai keluar dari saham GOTO usai kabar emiten ini tidak masuk ke indeks MSCI. Sebelumnya, banyak yang menyebut, GOTO berpotensi akan masuk indeks tersebut dalam review pada 9 Februari.

Kendati dalam jangka panjang saham GOTO dalam tren menurun, di awal 2023 saham ini sebenarnya sedang rebound. Buktinya, GOTO sempat melompat dari level Rp90/saham di awal Januari ke Rp124/saham pada 2 Februari lalu.

Kabar terbaru, GOTO mengajukan empat nama anggota dewan komisaris baru guna meningkatkan tata kelola perusahaan dan mendorong bisnis menuju profit.

Sebanyak empat nama yang diajukan,yakni mantan Gubernur Bank Indonesia 2013-2018 Agus D. W. Martowardojo, Co-founder Managing Partner Northstar Group Patrick Sugito Walujo,anggota direksi Logitech Marjorie Lao, dan founding partner Provident Winato Kartono.

Perseroan mengumumkan perubahan tersebut sebagai bagian dari pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada 2 Maret 2023.

Agenda RUPSLB ini di antaranya pengajuan perubahan jajaran dewan komisaris, direksi, serta penunjukan komisaris independen baru.

GOTO kemungkinan akan merilis laporan keuangan setahun penuh 2022 pada 15 Februari mendatang.

Per 30 September 2022, GOTO masih menanggung rugi bersih Rp20,34 triliun dengan pendapatan bersih Rp7,97 triliun.

Selain GOTO, saham WIRG juga terkena ARB 6,86%. Investor terus melego saham ini usai sempat menembus Rp192/saham pada 7 Februari lalu. Secara umum masih downtrend, saham WIRG sedang rebound minor sejak medio Januari lalu.

Saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) juga merosot 0,92% dan 1,39%, menambah beban sektor teknologi.

Kinerja Sejumlah Saham IDXTECHNO











Kode Saham

Kinerja 10 Feb (%)

Kinerja YtD (%)

WIRG

-6,86

32,52

GOTO

-6,25

15,38

EMTK

-0,92

4,85

KIOS

-6,93

-46,29

DMMX

0

16,67

BUKA

-1,39

8,4

MTDL

-2,54

-0,86

ZYRX

-1,88

-1,88

NFCX

3,12

-17,5

Sumber: BEI, RTI (diolah) |Data per 10 Feb. 2023

Menjanjikan tapi Jalan Masih Terjal

Euforia startup teknologi beberapa tahun belakangan sempat membuat orang-orang berpikir bahwa batas pertumbuhan perusahaan tersebut hanyalah langit.

Datangnya pandemi Covid-19 juga semakin membuat perusahaan teknologi tumbuh pesat.

Namun, inflasi yang tinggi yang membuat bank sentral dunia, termasuk The Fed AS, mengerek suku bunga membuat mimpi para penganjur techno terhempas sejenak.

Maklum, suku bunga yang naik bisa membikin biaya modal semakin mahal.

Musim dingin perusahaan tekno (tech winter) datang.

Pertumbuhan top line melambat tetapi tidak diikuti dengan menggendutnya kas, padahal beban-beban semakin membengkak, membuat para investor startup techno mulai berpikir ulang soal profitabilitas.

Berinvestasi di sektor yang tinggi risiko di kala ekonomi dilanda ketidakpasitian tentu bukan hal yang bijak.

Harga saham perusahaan teknologi pun rontok dari langit sepanjang 2022. Valuasi mulai ke level yang lebih wajar.

Tahun ini disebut sebagai balas dendam perusahaan teknologi dari babak belurnya tahun lalu, seiring aksi kerek suku bunga yang mulai memuncak dan perusahaan mulai berpikir soal bagaimana menjadi profit.

Sektor teknologi, yang dikenal dengan sifatnya yang ‘high-growth’ tidak akan bisa terus bertahan menghadapi perlambatan ekonomi. Mencari laba pada akhirnya suatu hal yang harus dikejar.

Investor yang menekan untuk mengejar laba tersebut pada gilirannya membuat perusahaan berusaha mengenyahkan strategi ‘pertumbuhan harga mati’ ke jalur profitabilitas, yakni dengan meningkatkan monetisasi.

Rasionalisasi beban juga dilakukan, seperti yang sedang terjadi dalam bentuk pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pengurangan beban marketing dan semacamnya.

Dalam kasus tertentu, analis perusahaan sekuritas juga mulai menggeser metode valuasi, dari yang berbasis enterprise value dibandingkan dengan sales (termasuk GMV) menjadi ke metode tradisional, seperti menghitung arus kas terdiskonto (DCF).

Ini sembari memproyeksi kapan perusahaan-perusahaan tersebut bakal untung.

Ekonomi digital yang masih terbuka luas tentu menawarkan peluang besar untuk para startup teknologi, termasuk di Tanah Air.

Namun, risiko geopolitik, hingga ketahanan kas (runway), keterbatasan pencarian modal anyar di saat situasi makro yang tidak pasti, akan menjadi risiko yang terus membayangi perusahaan teknologi ke depan.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Teramai Hari Ini, Nilai Transaksi BUMI Rp 1,44 T, Kenapa Ya?

(trp/trp)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts