AS & India Bikin Pusing, Harga Batu Bara Makin Kebanting

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara kembali melandai. Pada perdagangan Senin (12/5/2023), harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 162,5 per ton. Harganya melandai 0,31%.

Read More

Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan yang terjadi pada Jumat pekan lalu di mana harga batu bara naik 1,81%.



Harga batu bara kembali melandai karena dihujani sentimen negatif, mulai dari rencana pemangkasan kapasitas pembangkit di Amerika Serikat (AS) hingga penutupan tambang batu bara di India.

Namun, kabar kenaikan penggunaan listrik di China menahan harga batu bara untuk jatuh lebih dalam.

Dilansir dari The Times of India, India akan menutup 30 tambang batu bara dalam kurun waktu 3-4 tahun ke depan. Langkah ini diambil untuk memperluas kawasan hutan atau penyedia air sekaligus mengurangi emisi karbon.

India masih menggantungkan 75% produksi listriknya dari pembangkit batu bara.

Kebutuhan batu bara mereka juga diperkirakan akan naik menjadi 1,1 miliar ton pada 2024 dan 1,5 miliar ton pada 2030, dari 892 juta ton pada 2023.

Untuk memenuhi kebutuhan, India mengimpor setidaknya 220 juta ton batu bara.

Menteri Batu Bara India Amrit Lal Meena menegaskan tambang-tambang yang ada saat ini mampu untuk memenuhi kebutuhan.

Dia memperkirakan 87 tambang sudah selesai dilelang dan bisa berproduksi akan menghasilkan batu bara sebanyak 1,012 miliar ton pada 2025.

India pun ditargetkan bisa mengurangi impor menjadi hanya 90-100 juta ton. India bahkan menargetkan bisa mengeskpor batu bara pada 2026.

Dengan proyeksi impor berkurang dan upaya India untuk mengurangi gas kaca maka permintaan batu bara di tingkat global bisa melemah.

Kondisi ini bisa menekan harga batu bara karena India adalah konsumen terbesar batu bara di dunia setelah China.

Sebelumnya, Badan Adminstrasi Informasi Energi AS (EIA) memperkirakan kapasitas pembangkit listrik batu bara AS akan berkurang lebih dari 50% hingga 2050.

Pengurangan besar-besaran tersebut merupakan bagian AS untuk lebih menggunakan energi bersih dan mengurangi emisi karbon.

Rencana ini akan mengurangi permintaan terhadap batu bara sehingga harganya bisa tertekan ke depan.

Skenario pengurangan akan bervariasi tetapi kemungkinan akan berkisar 52-88% menjadi hanya 97-23 gigawatts (GW).

Sumbangan listrik dari pembangkit batu bara ke total produksi listrik AS akan berkurang menjadi hanya 1-8% dari saat ini yang berada di angka 22%.

Di tengah hujan badai sentimen negatif, China memberi kabar gembira jika produksi listruk mereka melesat 8,3% (year on year/yoy) pada April menjadi 690,1 miliar kilowatt hours (kWh).

Kabar ini memberi harapan jika permintaan akan batu bara bisa meningkat ke depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Mayday! Mayday! Harga Batu Bara Jatuh ke Bawah US$ 200

(mae/mae)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts