Banjir Data Ekonomi, Mayoritas Bursa Asia Dibuka Menguat


Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah bursa utama Asia kembali dibuka melonjak. Penguatan ini menjadi penguatan di hari kedua perdagangan bursa Asia pada pekan ini. Penguatan di pasar Asia sejalan dengan menguatnya pasar Wall Street Amerika Serikat (AS).

Read More




Indeks di bursa Asia dominan menguat, terkecuali Shanghai dan Hang Seng yang dibuka melemah setelah lonjakan pada perdagangan sebelumnya.

Pasar Asia menguat didukung oleh melemahnya dolar yang berada di level 104, imbal hasil obligasi AS yang lebih rendah di level 4,49%, dan kondisi keuangan yang lebih longgar yang dihasilkan oleh prospek suku bunga AS yang lebih baik akhir-akhir ini, dan hari Selasa tampaknya menjadi hari yang positif bagi aset-aset berisiko seperti saham.

Momentum pembelian saham-saham di pasar Asia akan kuat setelah kenaikan solid di pasar Wall Street. Momen bullish di pasar Asia terlihat jelas, dimana indeks Shanghai kemarin ditutup dengan performa yang baik, kemudian volatilitas di pasar mata uang Jepang telah mereda, dan saham Hong Kong berada pada performa terbaiknya di tahun ini.

Hang Seng kini telah naik 10 hari berturut-turut, mencatat kenaikan yang luar biasa sebesar 15%.

Data inflasi dari Filipina dan Taiwan, PMI sektor jasa Jepang, dan cadangan devisa internasional terbaru dari beberapa negara, termasuk China, semuanya menjadi sorotan dalam kalender pasar Asia hari ini.

Pada hari Senin (6/5/2024), survei sektor swasta China melaporkan data aktivitas jasa China. Indeks manajer pembelian jasa (PMI) Caixin China turun menjadi 52,5 pada periode April 2024 dari 52,7 pada periode Maret 2024.Akan tetapi, angka tersebut masih berada di wilayah ekspansif selama 16 bulan berturut-turut.

Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal pertama namun masih menghadapi sejumlah tantangan termasuk kemerosotan properti yang berkepanjangan dan lemahnya permintaan domestik.

Secara keseluruhan bisnis baru mencapai angka tertinggi sejak Mei tahun lalu, sementara permintaan luar negeri yang lebih baik dan pertumbuhan aktivitas pariwisata membantu mendorong pertumbuhan pesanan ekspor baru ke laju tercepat dalam sepuluh bulan.

Sementara itu, PMI gabungan Caixin China yang melacak sektor jasa dan manufaktur, naik menjadi 52,8 pada bulan April 2024 dari 52,7 pada bulan Maret 2024, menandai laju tercepat sejak Mei pada tahun 2023.

Perekonomian China kesulitan untuk bangkit kembali pasca-Covid, terutama disebabkan oleh dampak buruk terhadap kepercayaan dan permintaan yang berasal dari krisis sektor properti yang berkepanjangan.

Adapula, terdapat keputusan kebijakan Reserve Bank of Australia (RBA). Atau lebih tepatnya, panduan yang diberikan oleh Gubernur Michele Bullock dalam konferensi persnya setelah bank tersebut mempertahankan suku bunganya lagi di 4,35%.

Pada pertemuan terakhir RBA di pertengahan bulan Maret, para pengambil kebijakan melunakkan pengetatan mereka, meskipun Bullock menolak mengatakan apakah kebijakan telah beralih ke netral, dengan mengatakan risiko-risikonya “seimbang”, dan menunda penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

Sejak itu, ekspektasi penurunan suku bunga AS semakin berkurang, dolar Australia mulai pulih, dan inflasi AS belum mereda seperti yang diperkirakan para analis atau pembuat kebijakan.

Para pelaku pasar masih memperkirakan The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga pada bulan September 2024.

Di sisi lain, data inflasi Filipina diperkirakan menunjukkan peningkatan inflasi harga konsumen dengan tingkat inflasi tahunan meningkat menjadi 4,1% pada bulan April dari 3,7% pada bulan Maret.

Adapun tambahan sentimen yang akan menghiasi pasar Asia. China akan merilis cadangan devisanya pada hari ini Selasa (7/5/2024). Diperkirakan cadangan devisa China akan turun menjadi US$3,225 triliun di bulan April dari US$3,246 triliun di bulan Maret.

CNBC Indonesia Research

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Banyak Data Penting Rilis Hari Ini, Bursa Asia Dibuka Bervariasi

(saw/saw)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts