Banyak Rilis Data Ekonomi, Kok Bursa Asia Dibuka Merana?

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Selasa (5/9/2023), setelah beberapa hari terakhir terpantau menguat dan di tengah banyaknya rilis data ekonomi di kawasan Asia-Pasifik.

Read More

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,21%, Hang Seng Hong Kong merosot 0,89%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,4%, Straits Times Singapura terpangkas 0,43%, KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,21%, dan ASX 200 Australia terkapar 0,46%.

Pasar saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan Senin tidak dibuka karena adanya libur Hari Buruh (Labour Day), sehingga pelaku pasar di Asia-Pasifik akan memfokuskan perhatiannya ke kawasan tersebut dan Eropa.

Pada pagi hari ini, beberapa data ekonomi telah dirilis di kawasan Asia-Pasifik, seperti data pertumbuhan ekonomi Korea Selatan periode kuartal II-2023, data PMI jasa Australia dan Jepang.

Dari Korea Selatan, ekonominya tumbuh sedikit lebih cepat pada kuartal II-2023, meskipun ada penurunan tingkat ekspor.

Berdasarkan data dari bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK), produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan pada kuartal II-2023 tumbuh 0,6% secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), dari sebelumnya pada kuartal I-2023 yang hanya tumbuh 0,3%.

Namun secara tahunan (year-on-year/yoy), PDB Negeri Ginseng pada kuartal II-2023 tidak banyak berubah, yakni tumbuh 0,9%, masih sama seperti kuartal I-2023.

BoK mengatakan ekspansi pada kuartal kedua terjadi karena impor turun lebih cepat dibandingkan ekspor.

Ekspor Korea Selatan turun 0,9% pada periode April-Juni, berbalik dari kenaikan sebesar 4,5% pada kuartal sebelumnya. Sedangkan impor anjlok 3,7% selama kuartal tersebut.

Ekspor negara tersebut turun selama 11 bulan berturut-turut pada Agustus lalu, terutama karena lemahnya permintaan semikonduktor dan produk minyak bumi, namun negara tersebut melaporkan surplus perdagangan selama tiga bulan berturut-turut.

Selain itu, pasar menanti rilis data PMI jasa China periode Agustus 2023 dan keputusan suku bunga bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA).

RBA diprediksi akan mempertahankan suku bunga utama di 4,1%, karena inflasi menunjukkan tanda-tanda mereda, menurut survei Reuters terhadap para ekonom yang sebagian besar memperkirakan kenaikan terakhir pada kuartal berikutnya.

Meskipun inflasi konsumen melambat ke level terendah dalam 17 bulan terakhir sebesar 4,9% pada Juli lalu, dari sebelumnya 5,4% pada Juni lalu, tetapi angka tersebut masih jauh di atas kisaran target bank sentral sebesar 2-3%, sehingga menjaga ekspektasi kenaikan suku bunga di masa depan tetap hidup.

Sementara dari China, pemerintah setempat kan menurunkan uang muka atau down payment untuk pembelian rumah pertama menjadi 20% dan rumah kedua menjadi 30%. Sebelumnya, uang muka rumah pertama minimal 30% dan rumah kedua sebesar 40%..

Bunga kredit kepemilikan rumah (KPR) untuk rumah baru dipangkas hingga 4o percentage points.

Lima bank besar China pada Jumat (2/9/2023) juga sepakat untuk memangkas bunga deposito di kisaran 10-25 bps.

ICBC, China Construction Bank,dan Agricultural Bank of China adalah beberapa dari bank yang sepakat memangkas bunga deposito.

Bank sentral China (People Bank of China/PBoC) juga dikabarkan akan memangkas persyaratan rasio minimum kepemilikan mata uang asing (RRR) di perbankan hingga 200 bps menjadi 4% mulai 15 September.

Stimulus tersebut diharapkan bisa membantu 40 juta warga China yang ingin membeli rumah serta mendongkrak kredit KPR hingga CNY 25 triliun atau sekitar US$ 3, triliun.

Di lain sisi, bursa Eropa pada perdagangan kemarin kompak melemah karena ekonomi Benua Biru yang belum juga membaik.

Indeks FTSE London melemah 0,16%, indeks DAX Jerman turun 0,1%, indeks CAC Prancis menyusut 0,24%, dan indeks STXX600 susut 0,04%.

Bursa Jerman melemah setelah Jerman melaporkan jika ekspor mereka terkontraksi 0,9% (month to month/mtm) pada Juli 2023.

Ekonomi Eropa melemah pada tahun ini karena lonjakan inflasi serta tingginya suku bunga.

Belanda sudah mengalami resesi sementara Italia dan Swedia sudah mencatat kontraksi ekonomi pada kuartal II-2023. Jerman sebagai motor utama ekonomi Eropa juga menunjukkan pertumbuhan yang stagnan.

Sebagai catatan, bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) sudah mengerek suku bunga hingga 425 bp sejak tahun lalu yang membuat ekonomi Eropa lesu.

Presiden ECB, Chrsitine Lagarde sendiri masih belum menunjukkan sinyal kebijakan ke depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Dibuka Loyo, IHSG Bakal Pesta Sendirian Lagi?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts