Bedah Prospek dan Potensi Bisnis Panas Bumi di Masa Depan

Jakarta, CNBC Indonesia – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) membukukan peningkatan kinerja produksi 4,3% secara tahunan (YoY) pada kuartal III-2023 sebesar 3.586 GWh atau telah mencapai 84% dari target tahun 2023, yaitu sebesar 4.524 GWh. Perusahaan pelat merah ini pun membukukan laba bersih US$ 133,4 juta atau setara Rp 2,06 triliun, naik 19,81% secara tahunan.

Read More

Kinerja ini pun dapat menjadi landasan yang positif di masa depan, jika dibedah dari potensi panas bumi dan kinerja PGEO.

Pasalnya, Indonesia berada di kawasan cincin api (ring of fire)yang menyimpan 40% cadangan panas bumi dunia. Berdasarkan data Badan Geologi-Kementerian ESDM (Desember 2020), total potensi energi panas bumi Indonesia diperkirakan mencapai 23,7 GW.

Sebaran potensi panas bumi di tanah air menyebar dari Sumatera hingga Papua. Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) menjadi salah satu tumpuan dalam mencapai target bauran EBT sesuai Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sebesar 23% di tahun 2025 dan 31% di tahun 2050.

Potensi besar ini membuat posisi PGEO semakin strategis untuk menggarap harta karun tanah air ini. Apalagi Pertamina Geothermal Energy telah mengidentifikasiquick wins strategy, yaitu penambahan 340 MW untuk menambah 672 MW yang sudah ada. Dengan begitu, anak usaha Pertamina ini akan menjadi perusahaan Panas Bumi berkapasitas 1 GW dalam dua tahun ke depan.

Hingga 2026 ada 3 proyek panas bumi baru milik PGEO yang akan semakin mendongkrak kinerjanya. Pertama wilayah kerja Lumut Balai Unit 2 (1×55 MW) yang ditargetkan beroperasi di akhir 2024. Kedua, wilayah kerja Lahendong unit 7&8 (2×20 MW) ditargetkan beroperasi 2026. Pada proyek ini Sumur A1 telah berhasil dibor, dan telah masuk ke status ‘heating up’.

Ketiga, wilayah kerja Hululais Unit 1&2 (2×55 MW) yang ditargetkan beroperasi pada 2026. Selain itu, PGEO juga melakukan ekspansi bisnis dengan menggandeng partner global, salah satunya adalah proyek panas bumi di Kenya. Kemudian ada juga Turki yang dilirik untuk menggali potensi pengembangan panas bumi lebih jauh.

Pertamina Geothermal Energy juga menggandeng Chevron untuk menggarap potensi di Way Ratai, Lampung, dengan komitmen investasi eksplorasi mencapai US$ 28,85 juta.

Kehadiran bursa karbon pun membuat PGEO semakin menarik. Sejak adanya IDXCarbon PGE berhasil membukukan sebesar US$ 732 ribu atau Rp 11,3 miliar.

BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya meningkatkan proyeksi pendapatan PGEO 2023-2024, dengan pertumbuhan masing-masing 3,5% dan 4,8%. Hingga akhir tahun ini, PGEO diproyeksikan mampu membukukan pendapatan US$ 172 juta dan mencapi US$ 184 juta pada 2024, dengan posisi pendapatan masing-masing US$ 398 juta dan US$ 410 juta.

Sementara COGS diasumsikan turun 3% dan 4% untuk tahun ini dan 2023. Perkembangan 3 proyek PGEO dinilai memberikan potensi besar bagi perusahaan. Pada penutupan perdagangan Sesi I hariĀ  Jumat (10/11/2023) saham PGEO naik 1,2% ke posisi 1.270/saham. Dalam 6 bulan terakhir, saham emiten panas bumi telah melesat hampir 70% atau tepatnya 68,21%.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Optimisme PGE Dorong Geothermal Gantikan Listrik Batu Bara

(dpu/dpu)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts