Beruntung Rupiah Libur, Mata Uang Asia Kalah Lawan Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia – Perdagangan rupiah pada hari ini hingga beberapa hari mendatang tidak dibuka karena adanya libur panjang dalam rangka Idul Fitri 1444 H. Perdagangan rupiah baru akan dibuka kembali pada Rabu (26/4/2023) pekan depan.

Read More

Sebelum libur panjang, rupiah ditutup kurang memuaskan, di mana rupiah pada perdagangan Selasa kemarin ditutup melemah 0,37% di level Rp 14.840/US$.

Saat perdagangan rupiah libur panjang Idul Fitri 1444 H, beberapa mata uang terutama di kawasan Asia secara mayoritas melemah dihadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Per pukul 12:21 WIB, hanya empat mata uang Asia yang mampu melawan The Greenback, sebutan bagi dolar AS. Adapun keempat mata uang Asia tersebut yakni dolar Hong Kong, won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dan peso Filipina.

Sedangkan sisanya tak mampu melawan sang greenback pada hari ini.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang Benua Kuning (Asia) pada perdagangan hari ini.

Meski rupiah melemah dalam dua hari beruntun, tetapi rupiah yang masih mampu bertahan di bawah Rp 15.000/US$ perlu diapresiasi.

Hal ini karena dapat dikatakan bahwa untuk menuju ke bawah Rp 15.000/US$, perlu perjuangan yang cukup besar bagi rupiah, sehingga bertahan di bawah level psikologis tersebut pun sudah cukup baik.

Pelemahan dalam dua hari terakhir sebelum libur panjang terbilang wajar, sebab rupiah sebelumnya sudah melesat dalam lima pekan dan menyentuh level terkuat sejak Agustus 2022.

Pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang digelar kemarin seharusnya menjadi penopang rupiah. Namun, karena kondisi global yang membuat sang greenback kembali perkasa membuat sentimen BI pun tidak terlalu berdampak bagi rupiah.

Sebelumnya kemarin, BI memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

Demikianlah disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai RDG, di Kantor Pusat BI, Jakarta, Selasa (18/4/2023).

“Keputusan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter yang pre-emptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan,” ujarnya.

Atas keputusan tersebut, BI meyakini inflasi dapat terkendali ke depannya, yaitu pada level 3% plus minus 1%.

“Bank Indonesia meyakini bahwa BI7DRR sebesar 5,75% memadai untuk mengarahkan inflasi inti terkendali dalam kisaran 3,0±1% di sisa tahun 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat kembali ke dalam sasaran 3,0±1% lebih awal dari prakiraan sebelumnya,” terang Perry.

“Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah juga terus diperkuat guna mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadap nilai tukar rupiah,” pungkasnya.

Pada hari ini, dolar AS cenderung lebih stabil, setelah naik-turun dengan volatilitas pasar obligasi karena investor meneliti indikator ekonomi AS, komentar dari pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan pendapatan perusahaan untuk petunjuk tentang jalur suku bunga.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama naik 0,11% menjadi 101,83 di jam perdagangan Asia.

Pejabat The Fed yang seakan masih terbelah membuat investor cenderung bingung dan turut mempengaruhi ekspektasi pasar.

Presiden The Fed St. Louis James Bullard pada Selasa kemarin mengatakan The Fed perlu terus menaikkan suku bunga karena inflasi AS masih membandel.

Sebaliknya, Presiden The Fed Atlanta mengatakan The Fed kemungkinan besar hanya akan menaikkan suku bunga sekali lagi.

Hal ini pun membuat pasar cenderung sulit untuk memprediksi apakah The Fed akan benar-benar melunak atau justru melanjutkan kebijakan ketatnya.

Namun, pelaku pasar memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) pada pertemuan edisi Mei mendatang.

Berdasarkan survei CME FedWatch, sebanyak 82,5% pelaku pasar bertaruh The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bp pada Mei mendatang. Sisanya yakni 17,5% bertaruh The Fed akan mulai menahan suku bunga pada Juni.

CNBC Indonesia Research

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Video: Menguat Lebih Dari 1%, Rupiah Tembus Rp 14.985/USD

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts