BI Naikkan Suku Bunga Lagi, Tapi Investor Tetap Buru SBN

Jakarta, CNBC Indonesia – Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia atau Surat Berharga Negara (SBN) secara mayoritas kembali melandai pada perdagangan Kamis (19/1/2023), setelah Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuannya.

Read More

Yield yang menurun menandakan bahwa harga SBN sedang mengalami kenaikan. Untuk diketahui, pergerakan harga obligasi berbanding terbalik dengan yield. Ketika yield turun, maka harga akan naik, begitu juga sebaliknya. Saat harga naik, artinya ada aksi beli atau koleksi oleh investor.

Melansir data dari Refinitiv, hanya SBN tenor 15 tahun yang mengalami kenaikan yield dan investor cenderung melepasnya, yakni naik 1,5 basis poin (bp) ke posisi 6,776%.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali turun 4,1 bp menjadi 6,675%.

Investor kembali memburu SBN pada hari ini, meski BI kembali menaikkan suku bunga acuannya. BI kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bp menjadi 5,75%. Kenaikan suku bunga pada bulan ini diperkirakan akan menjadi yang terakhir untuk 2023.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada hari ini juga memutuskan untuk menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bp menjadi 5,0%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bp menjadi 6,50%.

Secara keseluruhan, kubu MH Thamrin telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 bp sejak Agustus 2022. Suku bunga BI di level 5,75% adalah yang tertinggi sejak Juli 2019 atau 3,5 tahun terakhir.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan kenaikan suku bunga sebesar 25 bp merupakan langkah lanjutan bagi kebijakan front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi.

Dia menambahkan kenaikan BI7DRR sebesar 225 bp sudah memadai untuk untuk memastikan inflasi inti pada semester I- 2023 tidak akan melewati 3,7%.

Inflasi umum diperkirakan sudah berada di bawah 4% setelah September 2023.

“Kenaikan 225 bp adalah yang terukur. Kenaikan secara akumulatif ini memadai untuk memastikan inflasi inti tidak akan lebih tinggi dari 3,7% pada Semester I-2023,” tutur Perry, dalam konferensi pers pengumuman Hasil RDG Januari 2023, Kamis (19/1/2023).

Perry menambahkan jika tidak ada informasi yang extraordinary dan kondisi di luar perkirakan maka kenaikan suku bunga sebesar 225 bp sudah memadai.

Pernyataan Perry ini menjadi sinyal jika BI kemungkinan besar tidak akan menaikkan suku bunga lagi jika tidak ada kondisi yang luar biasa.

“Kalau tidak ada informasi yang extraordinary, yang kita tidak bisa kita lihat dan kondisi di luar perkiraan, maka kata memadai sudah bisa menjawab pertanyaan tersebut,” imbuh Perry menjawab pertanyaan apakah BI masih akan menaikkan suku bunga ke depan.

Di lain sisi, investor asing terus memburu SBN RI. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan RI, hingga Selasa kemarin, asing kembali mencatatkan inflow hingga Rp 30,8 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Inflasi Nyaris Sentuh 6%, Investor Justru Buru SBN Hari Ini

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts