Bos OJK Blak-blakan Soal DPK & Kredit Perbankan yang Melambat

Jakarta, CNBC Indonesia – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan ada optimisme di balik tren kredit perbankan yang melambat tahun ini.

Read More

Sebelumnya, Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dalam tren melambat sepanjang paruh pertama tahun ini.

Berdasarkan data Bank Indonesia, per Juni 2023 DPK hanya tumbuh 6,4% secara tahunan (yoy). Nilai tersebut melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 6,9% yoy.

Sebagai informasi, awal tahun pertumbuhan DPK masih menyentuh angka 8,5% yoy dan sempat lebih dari 9% yoy pada Februari.

Meski dengan kondisi yang masih suboptimal, Mahendra menyebut ke depannya kondisi dapat mengalami perbaikan.

“Kalau lihat dari revisi rencana bisnis bank itu masih tetap ada optimisme yang kuat ya untuk [DPK] bisa meningkat di kuartal ketiga dan keempat tahun ini,” ujar Mahendra, Rabu (16/8).

Sementara itu, terkait penyaluran kredit, Mahendra menyebut kredit juga diharapkan masih tetap kuat hingga sisa tahun 2023.

Sebagai informasi, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 225 basis poin (bps) menjadi 5,75% pada periode Juli 2022-Januari 2023.

Guyuran Likuiditas Bank Sentral

Di tengah melambatnya pertumbuhan DPK, Bank Indonesia mengeluarkan insentif berupa potongan kewajiban setoran giro wajib minimum (GWM) hingga 4% dari sebelumnya 9%.

Namun, insentif ini diberikan jika bank-bank bisa menyalurkan kredit atau pembiayaan ke sektor-sektor prioritas di atas 3-7%, seperti hilirisasi minerba, hilirisasi non-minerba, perumahan, serta pariwisata.

“Nanti dapatnya GWM enggak perlu penuhi 9%, sehingga dia bisa penuhi 6,2% misalnya, Jadi ini penting selain konteks itu sektor-sektornya terdorong,” ucap Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Solikin M. Juhro, saat taklimat media di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (9/8/2023).

Menurutnya, perbankan akan mendapatkan kelonggaran likuiditas dari insentif sebesar 4% untuk potongan GWM itu senilai Rp 158,6 triliun.

Terpisah, Direktur Utama PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Meliza M. Rusli mengatakan era suku bunga tinggi membuat bank mengalami kenaikan beban bunga deposito. Di sisi lain persaingan suku bunga kredit tengah terjadi dan diperkirakan berlangsung hingga akhir 2023.

Oleh karena itu, Meliza memaparkan upaya PermataBank untuk mendorong pertumbuhan NIM, yakni dengan peningkatan imbal hasil atas aset produktif dan meningkatkan komposisi pembiayaan dengan imbal hasil tinggi.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Bos OJK Ungkap Kondisi Sektor Jasa Keuangan RI Tetap Stabil

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts