Bos OJK Buka Suara Soal Suku Bunga Tinggi Bank Digital


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Bisnis bank digital di Indonesia semakin menjamur, terhitung kini sudah ada setidaknya 15 bank digital. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa bank digital masih kerap menggunakan strategi “bakar duit” untuk memberikan promosi atau benefit tertentu kepada nasabah, seperti suku bunga deposito tinggi.

Beberapa waktu lalu, ahli pemasaran sekaligus Wakil Rektor I Universitas Prasetiya Mulya, Prof. Agus W. Soehadi menyebut cara itu “sudah tidak terlalu efektif, dan tidak terlalu baik bagi keberlanjutan bisnis.” Belum lagi, suku bunga tinggi yang melebihi tingkat bunga penjaminan (TBP) Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar 4,25%, tidak akan dijamin oleh lembaga itu.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun buka suara terkait hal ini. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan bahwa bank memiliki strategi dan risk appetite masing-masing dalam menjalankan bisnisnya.

Ia memaparkan sejumlah strategi bank dengan layanan digital yang dapat ditawarkan kepada nasabah. Pertama, inovasi produk dan layanan.

“Melalui layanan digital, perbankan semakin mengembangkan produk dan layanan yang inovatif dengan memberikan kemudahan transaksi, layanan keuangan personal, dan solusi keuangan terintegrasi,” kata Dian dalam keterangan tertulisnya, dikutip Senin (18/3/2024).

Kedua, teknologi dan customer experience. Yakni, penggunaan teknologi yang semakin mutakhir untuk menyediakan pengalaman pengguna yang lebih baik, terutama perluasan aksesibilitas yang lebih besar melalui aplikasi seluler.

Ketiga, efisiensi operasional. Dian menjelaskan, pemanfaatan teknologi dalam implementasi layanan digital tentunya mengurangi biaya operasional seperti biaya SDM dan logistik, sehingga perbankan dapat menawarkan biaya transaksi yang lebih rendah atau keuntungan lain kepada nasabah.

Keempat, kolaborasi dan kemitraan. Semakin terbuka kerja sama kemitraan dengan berbagai pihak, seperti fintech lain, e-commerce, dan perusahaan telekomunikasi, untuk menawarkan layanan yang lebih luas dan menarik lebih banyak nasabah.

Dian juga berbicara mengenai bunga deposito tinggi bank digital yang tidak dijamin LPS. Ia mengatakan OJK senantiasa mendorong penerapan pelindungan nasabah yang meliputi empat hal.

Pertama, transparansi. “OJK mendorong perbankan untuk memberikan informasi yang jelas dan lengkap tentang produk mereka, termasuk apakah suatu produk dijamin oleh LPS atau tidak,” kata Dian.

Kedua, edukasi konsumen. Dalam hal ini OJK menekankan pentingnya edukasi keuangan bagi nasabah agar calon nasabah dapat membuat keputusan yang informasi tentang produk keuangan yang mereka gunakan.

Ketiga, pengawasan dan regulasi. Dian mengatakan otoritas terus memperketat regulasi dan pengawasan terhadap bank untuk memastikan mereka mematuhi standar keamanan, keadilan, dan transparansi dalam menawarkan produk dan layanan digital.

Keempat perlindungan data. Yakni, OJK memastikan bahwa bank mengimplementasikan praktik perlindungan data pribadi nasabah dan transaksi keuangan sesuai standar yang berlaku.

Mengingatkan saja, layanan perbankan digital terbaru, Krom milik PT Krom Bank Indonesia Tbk. (BBSI) resmi meluncur pada hari Selasa (27/2/2024) lalu.

Bank besutan Kredivo Group itu, tersebut menyasar anak muda, dengan menawarkan keunggulan dalam hal “kompetitif”, yakni suku bunga yang tinggi. Krom menawarkan suku bunga tabungan 6% p.a. dan suku bunga deposito hingga 8,75% p.a., menjadi yang tertinggi saat ini di Indonesia.

Sementara itu, Neobank juga menawarkan bunga deposito tinggi sebesar maksimal 8% per tahun. Begitu juga dengan Amar Bank, yakni sebesar maksimal 7% per tahun.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Ramai Investor Asing Lirik Bank RI, OJK Pantau Bank Digital

(ayh/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts