Bukan Hanya Indomie & Gaga, Ini Merek Mie Konglomerat

Jakarta, CNBC Indonesia – Saat ini, Indomie sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat. Banyak orang mengira Indomie diciptakan oleh Sudono Salim alias Liem Sie Long karena perusahaan miliknya, Indofood memegang produksi atas merek mie instan tersebut.

Read More

Belakangan, nama Djajadi Djaja mencuat sebagai orang yang berada di balik penciptaan mie instan penguasa pasar di Indonesia. Djajadi kini masih berbisnis mie instan melalui PT Wicaksana Overseas dan masih berjualan mie lewat PT Jakarana Tama yang menaungi merek Mie Gaga.

Namun, selain Salim dan Djajadi, masih banyak lagi konglomerat Indonesia yang berbisnis mie instan. Mereka juga termasuk dalam jajaran orang terkaya se-Indonesia. Siapakah mereka?

Anthoni Salim

Anthoni Salim, merupakan tokoh kunci dari Grup Salim, perusahaan konglomerat yang merupakan induk dari Indofood, Bogasari, Indomaret, dan masih banyak lagi. Berharta US$ 7,5 miliar (Rp111,74 triliun) menurut Forbes 2022, Anthoni yang juga dikenal dengan nama Liem Hong Sien, merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia.

Ia merupakan putra bungsu dari tiga bersaudara dari anak Liem Sioe Liong atau Sudono Salim yang merupakan generasi pertama Keluarga Salim. Anthoni merupakan tokoh kunci dari Grup Salim, perusahaan konglomerat yang merupakan induk dari Indofood, Bogasari, Indomaret, dan masih banyak lagi.

Ia saat ini menjabat sebagai Presiden Direktur emiten consumer goods PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) dan juga anak perusahaannya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) yang merupakan produsen indomie.

Djajadi Djaja

Sosok Djajadi Djaja merupakan penggerak awal bisnis Indomie, mie instan favorit warga Indonesia. Sejak 1959, dia mulai berbisnis bersama kawan-kawan SMA membangun sebuah firma bernama FA Djangkar Djati, belakangan namanya diganti Wicaksana Overseas International.

Kemudian Djajadi Djaja dkk, pada April 1970, mendirikan Sanmaru Food Manufacturing, yang pabriknya sejak 1972 memproduksi mi instan dengan nama Indomie, singkatan dari Indonesia Mie. Pabrik tersebut didirikan Djajadi Djaja bersama Chow Ming Hua, Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma. Kelompok usaha asal Medan (Sumut) tersebut kemudian dikenal dengan nama Jangkar Jati Group.

Liem Sioe Liong atau Sudono Salim yang berbisnis tepung terigu, juga berbisnis mie instan dengan merek Sarimie dan Supermie lewat PT Lima Satu Sankyu dan PT Sarimi Asli Jaya sejak 1968. Namun kemudian Liem mendekati Djajadi dan ikut produksi Indomie, dengan mendirikan PT Indofood Eterna pada 1984.

Tidak lama setelah Indomie dan Sarimie bersatu, Supermie juga ikut bergabung. Berkat Om Liem, produk-produk mie instan itu pun menjadi populer di pasar Indonesia.

Namun, pada 1993, perusahaan Djajadi mengalami masalah keuangan. Akibatnya, Grup Salim memutus hubungan dan mendepaknya dari Indofood.

Singkat cerita, Djajadi kemudian melanjutkan berjualan mi instan di bawah naungan PT Jakarana Tama. Perusahaan ini dikenal sebagai perusahaan yang menjual Mie Gaga, Mie “100”, “1000”, Mie Gepeng, Mie Telor A1, Otak-otak, hingga Sosis Loncat.

Kini, Djajadi menjabat sebagai Komisaris di PT Wicaksana Overseas International Tbk. (DKSH).

Jogi Hendra Atmaja

Jogi Hendra Atmadja adalah sosok di balik emiten consumer goods PT Mayora Indah Tbk. (MYOR). Perusahaan itu terkenal sebagai produsen dari sekian banyak makanan ringan yang digemari masyarakat.

Sebut saja, Kopiko, Biskuit Roma, Beng-Beng, Teh Pucuk, Energen hingga Le Mineral. Di samping itu, MYOR juga merupakan produsen dari produk mie instan Bakmi Mewah, Mie Oven, Migelas, dan Super Bubur.

MYOR didirikan pada tahun 1977 dengan pabrik pertama berlokasi di Tangerang. Setelah mampu memenuhi pasar Indonesia, Perseroan melakukan Penawaran Umum Perdana dan menjadi perusahaan publik pada tahun 1990

Jogi sempat masuk ke dalam daftar 50 orang Indonesia paling tajir pada tahun 2022. Ia sempat berada di peringkat 12. Kini, kekayaannya US$3,95 miliar atau sekitar Rp 59,62 triliun.

Eddy William Katuari

Eddy William Katuari merupakan Presiden Direktur Wings Group, atau perusahaan consumer goods PT Wings Surya. Ia juga dikenal sebagai taipan dengan harta mencapai US$1 miliar atau setara Rp 15,5 triliun pada 2021 lalu. Wiliam bahkan tercatat sebagai orang terkaya nomor 31 di Indonesia.

Ia adalah generasi kedua Grup Wings dan merupakan putra dari pendiri Wings Group, Johannes Ferdinand Katuari. Perusahaan keluarga ini awalnya didirikan oleh Ferdinand Katuari dan Harjo Sutanto pada 1948 di Surabaya, bernama Fa Wings. Saat itu usahanya adalah membuat sabun batangan di rumah.

Wings Group kini merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi kebutuhan rumah tangga, consumer goods dan produk kesehatan, mulai dari sabun colek, deterjen hingga mie instan yakni Mie Sedaap.

Mie Sedaap pun merupakan salah satu merek mie instan favorit warga Indonesia di samping Indomie. Selain itu, Wings Group juga memproduksi merek mie instan Sukses Isi Dua dan So Yumie Gelas.

Di bawah kepemimpinan Eddy, Wings Group melebarkan sayapnya ke produk rumah tangga, perawatan pribadi, dan produksi makanan. Pada era 2000-an, ia melalui Wings Group merambah bisnis properti, perkebunan, oleo chemical, dan keramik.

Di industri oleo chemical, Wings Surya bekerja sama dengan Grup Salim dan Grup Lautan Luas lewat PT Ecogreen. Sedangkan di bisnis packaging, Wings bermitra bersama PT Kinocare Era Kosmetindo

Husain Djojonegoro

Husain Djojonegoro merupakan bos Orang Tua group. Ia pernah masuk dalam daftar orang terkaya Indonesia. Forbes mencatat hingga akhir tahun 2022, harta Husain mencapai US$ 1,08 miliar atau Rp 16,7 triliun.

Perusahaan keluarganya, pada awalnya dikenal dengan produk anggur kolesom cap Orang Tua. Perusahaan tersebut menjadi salah satu konglomerasi ternama di Indonesia yang berada di bawah kepemilikan Keluarga Djojonegoro. Saat ini, bisnis tersebut dipimpin oleh anak Chandra Djojonegoro yakni dirinya, Hamid, dan Pudjiono Djojonegoro.

Bisnis Orang Tua, terlahir oleh tangan dingin dua bersaudara yakni, ayah Husain, Chu Sam Yak atau Chandra Djojonegoro dan Chu Sok Sam. Usaha minuman anggur herbal dengan brand cap Orang Tua didirikan melalui NV Handel Maatschappij May Lian & Co di Semarang.

Selanjutnya, perusahaan ini pun berganti nama menjadi PT Perindustrian Bapak Djenggot yang kemudian menjadi Orang Tua Group. Usaha minuman anggur cap Orang Tua berkembang pesat hingga memiliki dua pabrik anggur di Semarang dan Jakarta.

Chandra menunjuk Husain sebagai direktur di PT International Chemical Industrial Co. Ltd yang didirikannya pada 1959 lalu. Perusahaan itu bergerak dalam bidang produksi batu baterai bermerek ABC.

Pada 1974, perusahaannya memperluas cakupan usaha ke sektor makanan dengan mendirikan CV Central Foods Industrial Corporation atau Central Food. Menggunakan brand ABC yang sudah tertanam dalam pikiran masyarakat, perusahaan mengembangkan kecap bermerek ABC dengan varian manis, asin dan sedang.

Tak berhenti sampai di situ, perusahaan melebarkan produksi mereka ke Sirup ABC, Saus Tomat ABC dan sambal ABC. Pelebaran pangsa pasar ini membuat perusahaan semakin berkibar.

OT juga pernah mengedarkan beberapa produk mie instan yang eksis pada awal tahun 2000an, antara lain Mie Selera Rakyat, Kare Mie, dan Happy Mie. Namun sayangnya, ketiga merek mie instan tersebut sudah tidak diproduksi lagi. Sejak saat itu, perusahaan tidak pernah merilis produk mie instan lagi.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Tak Hanya Salim, Taipan Ini Juga Ikut Koleksi Saham BUMI

(mkh/mkh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts