Bursa Asia Dibuka Bergairah, Hang Seng dan Shanghai Terbang

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik dibuka cerah bergairah pada perdagangan Senin (28/8/2023), seiring investor mencerna pidato Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) di simposium ekonomi Jackson Hole.

Read More

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melonjak 1,56%, Hang Seng Hong Kong terbang 3,21%, Shanghai Composite China meroket 4,91%, Straits Times Singapura melesat 1,21%, ASX 200 Australia menguat 0,6%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,85%.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung cerha bergairah di awal perdagangan hari ini menyusul bursa saham AS, Wall Street yang juga ditutup bergairah pada perdagangan akhir pekan lalu, setelah investor mendengar pidaot Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,73%, S&P 500 bertambah 0,67%, dan Nasdaq Composite melesat 0,94%.

Optimisme tersebut sebagian dipicu oleh keyakinan Ketua The Fed, Jerome Powell terhadap berlanjutnya pertumbuhan ekonomi di AS, ketika ia menyebutkan belanja konsumen yang “sangat kuat” dan tanda-tanda awal pemulihan di pasar perumahan.

Dia menegaskan kembali komitmen The Fed untuk menurunkan inflasi kembali ke target 2%.

“Perekonomian mungkin tidak melambat seperti yang diharapkan. Sepanjang tahun ini, pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) telah melampaui ekspektasi dan melampaui tren jangka panjang, dan data belanja konsumen baru-baru ini sangat kuat,” kata Powell.

“Selain itu, setelah mengalami perlambatan tajam selama 18 bulan terakhir, sektor perumahan menunjukkan tanda-tanda peningkatan kembali.”

Powell menyampaikan pidatonya, mengatakan The Fed siap menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk memerangi inflasi di Simposium Jackson Hole.

“Meskipun inflasi telah turun dari puncaknya – sebuah perkembangan yang menggembirakan – namun inflasi masih terlalu tinggi,” kata Powell dalam sambutannya, dikutip CNBC International, Jumat pekan lalu

“Kami siap untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut jika diperlukan, dan bermaksud untuk mempertahankan kebijakan [suku bunga] pada tingkat yang ketat sampai kami yakin bahwa inflasi akan bergerak turun secara berkelanjutan menuju tujuan kami,” imbuh Powell.

Namun, mengingat Powell tidak memberikan indikasi yang jelas mengenai arah suku bunganya, kepala strategi global LPL Financial Quincy Krosby mengatakan bahwa kenaikan imbal hasil (yield) Treasury akan menjadi kunci yang mendasari arah pasar.

“Terlepas dari alasan imbal hasil naik lebih tinggi, yang mereka lakukan adalah memperketat kondisi keuangan karena biaya modal naik,” kata Krosby.

Yield obligasi Treasury acuan tenor 10 tahun mengakhiri perdagangan Jumat pekan lalu lebih rendah di 4,233%, setelah mencapai level tertinggi di awal pekan lalu.

Namun, beberapa investor menyatakan optimisme bahwa The Fed mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunganya.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch terbaru, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya pada pertemuan edisi September sebesar 80,5%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Dibuka Loyo, IHSG Bakal Pesta Sendirian Lagi?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts